REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Niaga Citilink Indonesia Benny Rustanto memastikan penerapan bagasi berbayar tidak untuk memaksimalkan bisnis kargo. Saat ini Citilink akan menerapkan bagasi berbayar mulai 8 Februari 2019.
Hanya saja, Benny tidak menampik jika penerapan bagasi berbayar dapat berdampak kepada bisnis kargo. “Klaupun ada impact kenaikan kargo mungkin adalah kenaikan yang kami anggap sebagai dampak,” kata Benny di di Kantor Garuda Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta, Senin (28/1).
Sementara itu, Benny menjelaskan saat ini pengguna bagasi dari penumpang belum mencapai memenuhi 20 kilogram. Benny menuturkan selama ini pengguna bagasi penumpang Citilink hanya berkisar tujuh sampai 11 kilogram saja menurut survei yang dilakukan 2017 sampai 2018 saat low season.
Dengan kondisi tersebut, Benny memastikan penerapan bagasi berbayar tetap masih sesuai aturan. “Berdasarkan Pasal 22 butir C PM 185 Tahun 2015. Ini hanya mengembalikan saja ke asal mulanya diamana maskapai biaya hemat bisa memberlakukan biaya bagasi. Dari tadinya 20 kilogram dan kami cek penumpang rata-rata bawa dan ternyara bawanya tidak maksmial,” ungkap Benny.
Untuk itu, jika nantinya penerapan bagasi berbayar akan berdampak kepada pendapatan Citilink dari bisnis kargo maka akan dianggaps ebagai tambahan. Benny menegaskan denganbegitu, Citilink tetap berharap bagasi berbayar juga bisa meningkatkan pendapatan kargo.
Citilink Indonesia akan menerapkan bagasi berbayar dimulai dari Rp 9.000 per kilogram untuk rute penerbangan terpendek. Tarif dasar tersebut juga akan berubah sesuai rute penerbangan dalam perjalanan setiap penumpang.