REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tokoh aktivis pergerakan era tahun 1966, A. Rahman Tolleng meninggal dunia pada Selasa (29/1) pagi. Almarhum meninggal di Jakarta pada pukul 05.25 WIB.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di rumah duka yang terletak di Jalan Cipedea Tengah No. 133, Kota Bandung, tampak karangan bunga mulai berdatangan. Rekan sesama aktivis juga sudah menunggu kedatangan jenazah almarhum dari Jakarta. Salah satu koleganya yang juga rekan aktivis pergerakan, Budiana mengatakan almarhum sudah berumur 82 tahun. Beberapa waktu ke belakang, almarhum memang menderita penyakit jantung.
"Meninggalnya karena memang sudah sepuh dan selama ini memang punya sakit jantung," kata Budi kepada Republika.co.id di rumah duka.
Pria yang merupakan aktivis 98 ini menuturkan almarhum meninggal saat menjalani perawatan di RS. Abdi Waluyo. Diketahuinya Senin (28/1) kemarin almarhum menjalani perawatan di RS. Abdi Waluyo. Pukul 10.00 WIB, kolega serta rekan aktivis masih menunggu kedatangan jenazah dari Jakarta. Rencananya almarhum akan dikebumikan pada hari ini setelah disemayamkan di rumah duka terlebih dahulu.
"Rencananya almarhum dikebumikan di Taman Makam Cibarunai ba'da dzuhur," ujarnya.
Menurutnya, beberapa waktu ke belakang almarhum memang sering mengeluh mudah lelah. Meski demikian, beliau masih aktif dalam urusan politik dan demokrasi. "Almarhum masih aktif terus walaupun sudah tua ya. Menyuarakan pergerakan, demokrasi juga soal pemerintahan," katanya.
Ia menyebutkan pada tahun 2011 lalu, almarhum mendirikan partai Serikat Rayat Independen (SRI) dan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D). Banyak aktivis yang menjadi kader dan memperoleh banyak ilmu dari almarhum.