REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Fahira Idris menilai beredarnya tabloid Indonesia Barokah tidak hanya mencederai proses demokrasi, tetapi juga merugikan kedua pasangan capres-cawapres. Tabloid itu juga dinilai telah menimbulkan keresahan dan kegaduhan, serta memantik saling curiga diantara pemilih paslon nomor 01 dan 02.
Fahira menduga, ada niat mereka menulis, menerbitkan, dan mengedarkan tabloid ini ke tengah-tengah masyarakat untuk menyemai konflik dan gesekan. Kalau memang isinya memenuhi standar jurnalistik, tidak bernuansa hoaks, tendensius dan tidak berniat mengadudomba.
"Pasti mencantumkan penanggung jawab, awak redaksi, termasuk kontak dan alamat redaksi yang benar-benar ada. Bukan fiktif atau palsu. Ini kan tidak, makanya harus diusut tuntas siapa 'otak' dan 'aktornya'," ujar Senator DKI Jakarta ini, dalam siaran pers, Selasa (29/1).
Menurut Fahira, sumber daya yang dihabiskan 'otak' atau 'aktor' dibalik penulisan, penerbitan, dan penyebaran tabloid ini tidak boleh dianggap hanya sebatas gerakan biasa atau hanya sebatas penyampaian pendapat saja. Jika ditelik dari biaya pengiriman tabloid ini ke berbagai wilayah yang menghabiskan uang miliaran rupiah, patut diduga kuat kehadiran tabloid ini ingin memantik kegaduhan dan keresahan menjelang Pemilu 2019.
Kedua paslon, lanjut Fahira, jelas dirugikan oleh tabloid ini. Oleh karena itu, tabloid ini jangan diberi ruang apalagi ditolerir. Karena, jika tabloid ini lepas dari jerat hukum, dapat dipastikan tabloid-tabloid sejenis yang isinya bernuansa hoaks dan menyudutkan salah satu paslon akan membanjiri masyarakat.
Fahira menilai, Pemilu 2019 pertaruhan besar bagi bangsa ini. Apa jadinya jika ruang-ruang publik kita menjelang 17 April dipenuhi oleh informasi-informasi seperti yang ada di Tabloid Indonesia Barokah ini. "Pemilu bisa kacau, karena sedikit saja terjadi gesekan, sangat berpotensi melahirkan konflik terutama ditataran masyarakat yang pilihan politiknya berbeda," ujarnya.