Selasa 29 Jan 2019 12:48 WIB

Insiden di Depan Masjid Jogokariyan Berakhir Damai

PDIP dan pengurus Masjid Jogokariyan sepakat berdamai.

Rep: Wahyu Suryana, Hasanul Rizqa/ Red: Elba Damhuri
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Masjid Jogokariyan di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Insiden di depan Masjid Jogokariyan Yogyakarta brakhir damai. Wakapolda DIY Brigjen Pol Bimo Anggoro Seno mengatakan keributan antarkelompok pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 dengan masyarakat pada Ahad (27/1) terjadi di beberapa tempat. Antara lain di Ngampilan, Nitikan, dan Mantrijeron. Namun, dia mengklaim pertikaian tersebut sudah didamaikan pihak terkait.

Khusus yang di Jogokariyan dan Mantrijeron, Bimo mengatakan, peristiwanya terjadi di luar masjid. "Itu sebetulnya di luar, tidak serta masjidnya dilempari, tapi di luar dan itu sudah diselesaikan takmir masjid, muspika, danramil, kapolsek," kata Bimo saat ditemui di Grand Keisha Hotel, Senin (28/1).

Bahkan, ia mengatakan, Direktur Resor Kriminal Umum (Direskrimum) Polda DIY Kombes Pol Hadi Utomo turut turun untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Bimo menegaskan, sudah tidak ada masalah di sana.

Menurut dia, kronologi keributan bermula ketika rombongan massa PDIP yang baru pulang dari deklarasi dukungan paslon 01 di Mandala Krida melintas. Menurut Bimo, rata-rata rombongan merupakan remaja. "Mungkin iseng atau apa, tidak ada maksud apa-apa sebetulnya," ujar Bimo.

Namun, tanpa memerinci permasalahan, Bimo menegaskan itu sudah selesai. Hingga kini belum ada pihak-pihak yang diamankan pihak kepolisian. Selain menyatakan tidak ada kerusakan, Bimo menjelaskan, korban luka justru berasal dari pihak rombongan partai.

"Korban hanya luka bacok, malah dari pihak yang ikut di Mandala Krida itu, satu, tapi sudah lapor, itu kejadian di Ngampilan," kata Bimo.

Salah satu tokoh Masjid Jogokariyan, Ustaz Jazir ASP, membenarkan adanya keributan antara sekelompok massa yang menggunakan atribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan pihak pemuda Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

“Pada tanggal 27 Januari 2019, sekitar pukul 16.00 WIB, di Jalan DI Panjaitan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, menuju ke selatan sampai di pertigaan Jogokariyan, telah terjadi keributan antara Pemuda Masjid Jogokariyan dengan massa PDIP yang habis melaksanakan kegiatan deklarasi dukungan Paslon 01 di Mandala Krida,” kata Ustaz Jazir saat dihubungi, Senin (28/1).

Ia menuturkan, pukul 16.05 WIB, Ahad (27/1), massa beratribut PDIP melintas di depan Masjid Jogokariyan. Massa tersebut merusak bendera dan spanduk Hizbulloh serta membleyer-bleyer atau menarik gas sepeda motor berulang-ulang hingga menimbulkan suara bising di dekat Masjid Jogokariyan.

Setelah mendengar kebisingan, sejumlah pemuda masjid keluar dan mengadang serta mengejar massa PDIP. Terjadilah cekcok mulut. Ketegangan di antara kedua belah pihak pun tak terhindarkan. Berikutnya, pihak koramil dan polsek setempat mencoba melerai. Babinsa Koramil 09/MJ Serka Suyatno dan babinkamtibmas Polsek Mantrijeron turun ke lokasi kejadian.

Kedua belah kubu difasilitasi oleh pihak-pihak, yakni Bawaslu, Polsek Mantrijeron, dan Koramil 09/MJ. Mediasi berlangsung di Pendopo Kecamatan Mantrijeron. Dalam keterangan tertulis Ustaz Jazir ASP disebutkan pernyataan Ustadz M Fanni Rahman yang meminta pihak PDIP atas nama Saudara Kelinci untuk meminta maaf.

Sekretaris DPD PDIP DIY Yuni Satia Rahayu menilai kejadian pada Ahad (27/1) itu tidak berdiri sendiri. Ia mengindikasikan kericuhan itu merupakan rentetan kejadian-kejadian sebelumnya. Ia merasa kejadian ini seperti kejadian yang menimpa rekan-rekan mereka Tentara Langit yang terlibat satu keributan di Kabupaten Bantul tahun lalu.

"Ini upaya-upaya men-downgrade, mendiskreditkan PDIP," kata Yuni saat ditemui di DPD PDIP DIY, Senin (28/1).

Yuni menilai kejadian di Masjid Jogokariyan merupakan bagian dari rentetan kejadian yang menimpa mereka. Namun, hingga kini, ia mempertanyakan bagaimana bisa massa mereka diadang, padahal sudah diarahkan kapolres Bantul kala itu. Dalam kejadian kemarin, mereka sudah mendapatkan izin polda untuk mengadakan acara di Mandala Krida.

Ketua DPD PDIP DIY Bambang Praswanto mengklaim terjadi pencegatan massa PDIP di 5-6 titik. Bambang menyadari, kegiatan yang melibatkan tim kampanye saat ini dilarang peraturan. Kegiatan mereka baru akan dilaksanakan pada 24 Maret 2019 sampai 13 April 2019.

"Kami tidak menyangkal, sebagian besar dari peserta merupakan kawan-kawan kami anggota maupun kader PDIP," kata Bambang.  (ed: agus raharjo)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement