REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Prevalensi bayi di bawah usia lima tahun atau balita yang mengalami pertumbuhan kerdil alias katai di Sulawesi Tengah (Sulteng) hingga 2017 masih mencapai 30 persen. Para balita tersebut umumnya mengalami kekurangan gizi.
"Masih lebih tinggi dari target rata-rata nasional, yakni 28 persen," kata Asisten Administrasi Pembangunan, Hukum dan Politik Setdaprov Sulteng Faisal Mang pada seminar gizi memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 di Kota Palu, Selasa (29/1).
Karena itu ia menghajak semua pihak terus bersinergi dalam upaya menurunkan angka katai di daerah itu. Menurut dia, kekurangan gizi merupakan pemicu utama katai, yakni suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibanding orang lain yang seusia.
Lebih lanjut Faisal menuturkan, gizi menjadi bagian penting bagi kesinambungan daur kehidupan manusia sekaligus bagi pembangunan bangsa sebab jika angka kekerdilan terlalu tinggi pada suatu periode dapat memicu munculnya generasi yang kurang produktif.
Mantan Kepala Dinas Peternakan itu menuturkan ada dua intervensi gizi untuk mencegah Katai, yakni pertama intervensi spesifik yang menyentuh sektor kesehatan, tapi sifatnya jangka pendek dan kedua intervensi sensitif yang melibatkan kerja sama lintas sektor selain kesehatan.
"Mari kita bersama-sama bersinergi dalam rangka mencegah dan menurunkan balita stunting di Sulawesi Tengah," pintanya.
HGN 2019 mengangkat tema, 'Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi' dengan subtema, 'Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif' dan slogan, 'Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang'. Faisal berharap momentum HGN ini menjadi media efektif penyampaian pesan gizi ke masyarakat, khususnya dalam menyukseskan program-program pencegahan katai pada balita dari lingkungan keluarga.
"Mengapa keluarga? Sebab jika keluarga sudah menyadari akan pentingnya gizi maka itulah yang akan mengubah dan meningkatkan prilaku-prilaku sadar gizi untuk mencegah stunting," katanya.
HGN 2019 tingkat Pemprov Sulteng ini juga diperingati dengan bakti sosial, konseling dan kampanye Germas (Gerakan Masyarakat Sehat) di hunian sementara (huntara) pengungsi korban bencana di Kelurahan Petobo, bazar buah dan pameran gizi di Poltekkes serta talkshow.