Selasa 29 Jan 2019 16:32 WIB

Islam Masuk ke Somalia Setelah Rasulullah Hijrah

Pada akhir abad ke-9, umat islam membangun peradaban di pesisir Utara Somalia.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim Somalia berkumpul di sebuah masjid di ibukota Somalia, Mogadishu, Kamis (17/5).
Foto: Said Yusuf Warsame/EPA
Muslim Somalia berkumpul di sebuah masjid di ibukota Somalia, Mogadishu, Kamis (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islam masuk ke Somalia tak lama setelah Rasulullah hijrah. Pada akhir abad ke-9, sejarawan Muslim al- Yaqubi menulis, umat Islam membangun kehidupan di pesisir utara Somalia. Dia juga menyebutkan, kerajaan Adal memiliki ibu kota yang ramai. Wilayah itu menunjukkan Kesultanan Adal dengan Zeila sebagai markas besarnya sudah ada sejak abad ke-9 atau ke-10.

Menurut sejarawan Barat IM Lewis, pemerintahannya diatur oleh dinasti lokal, yang juga memerintah atas Kesultanan Mogadishu yang sama-sama didirikan di daerah Benadir ladenal di selatan. Sejarah Adal dari periode ini terlihat dari sejarah serangkaian pertempuran dengan tetangganya Abyssinia.

Pada tahun 1332, Raja Adal yang bermarkas di Zeila dibunuh dalam kampanye militer yang ditujukan untuk menghentikan pawai Abyssinian Kaisar Amda Seyon I menuju kota. Ketika Sultan Ifat yang ter akhir, Sa'aduddin II, juga dibunuh oleh Kaisar Dawit I di Zeila pada ta hun 1410, anak-anaknya melarikan di ri ke Yaman. Mereka baru kembali pada tahun 1415.  

Pada awal abad ke-15, ibu kota Adal dipindahkan lebih jauh ke pedalaman kota Dakkar. Di sanalah Sabruddin II, putra su lung Sa'aduddin II, mendirikan pangkalan baru setelah kembali dari Yaman. Markas Adal kembali dipindahkan pada abad berikutnya, kali ini ke Harar. Dari ibu kota baru ini, Adal mengorga ni sasi pasukan efektif yang dipimpin oleh Imam Ahmad bin Ibrahim al-Ghazi yang menyerbu kerajaan Abyssinian.

Kampanye abad ke-16 ini secara his toris dikenal sebagai Penaklukan Abys sinia (Futuhul Habasy). Selama perang, Imam Ahmad memelopori penggunaan meriam yang disuplai oleh Kekaisaran Turki Usmani, yang diimpornya melalui Zeila.

Senjata itu dimanfaatkan untuk melawan pasukan Abyssinia dan sekutu Portugis mereka yang dipimpin oleh Cristovao da Gama. Beberapa ahli berpendapat bahwa perang ini menggunakan senjata api. Selama zaman Ajuran, kesultanan dan republik Merca, Mogadishu, Barawa, Hobyo dan pelabuhan masingmasing berkembang. Kawasan pesisir tersebut sibuk dengan perdagangan luar negeri yang menguntungkan.

Kapal berlayar ke dan datang dari Arab, India, Venetia, Persia, Mesir Portugal, dan sejauh Cina. Vasco da Gama yang pernah ke Mogadishu pada abad ke-15, mencatat bahwa itu adalah kota besar.

Baca: Islam Bagian dari Identitas Somalia

Di sana berdiri rumah-rumah beberapa lantai istana tinggi dan besar di pusatnya, di samping banyak masjid dengan menara menjulang tinggi. Masjid dua-mihrab milik Zeila al-Qiblatayn berasal dari abad ke-7, dan merupakan masjid tertua di kota.

Kota Mogadishu kemudian dikenal sebagai Kota Islam, dan mengendalikan perdagangan emas Afrika Timur selama beberapa abad. Pada abad ke-16, Duarte Barbosa mencatat bahwa banyak kapal dari Kerajaan Cambaya di India modern berlayar ke Mogadishu.

Mereka membawa kain dan rempah-rempah. Komoditas itu ditukar dengan emas, lilin, dan gading. Barbosa juga menyoroti kelimpahan daging, gandum, barley, kuda, dan buah di pasar pesisir, yang menghasilkan kekayaan luar biasa bagi para pedagang. Mogadishu juga menjadi sentra industri tekstil yang berkembang dan dikenal.

Muslim yakin bahwa Islam merupakan ajaran paripurna yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Tidak mungkin Islam menyesuaikan dengan perubahan sosial, ekonomi, politik, dan pemerintahan kolonial yang terjadi pada abad ke-19. Namun, pendidikan di Somalia telah berkembang dengan mengacu kepada barat. Pemimpin Muslim di sana menentang penyebaran pendidikan barat.

Pemikiran Islam di Somalia banyak dipengaruhi tokoh Mesir Gamal Abdul Nasser. Dialah Presiden Mesir di tahun 1950-an. Ide-idenya menarik pelajar Mus lim di Kairo sekitar tahun 1950 hingga 1960. Konstitusi 1961 menjamin kebe basan beragama, tetapi juga mendek larasikan republik yang baru merdeka se bagai negara Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement