REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengaruh Arab diketahui sudah ada sejak tahun 700 M. Ketika itu, seke lompok orang Arab Muslim membawa Islam ke wilayah tersebut dan menye barkannya kepada masyarakat lokal. Pada tahun 1300-an hampir semua orang Somalia memeluk Islam.
Beberapa kota, termasuk Zeila dan Berbera menjadi pusat budaya dan pembelajaran Islam. Masjid dan sekolah Islam dibangun untuk mengajarkan muslim tentang Alquran dan bahasa Arab. Ketika bangsa Eropa masuk, pengaruh Islam memudar pada abad ke-18. Di saat pengaruh Eropa menyebar, masyarakat berusaha mempertahankan tradisi Islam.
Institusi pendidikan Islam sangat berpengaruh karena banyak sekolah Alquran dibuka. Lembaga tersebut juga mendapatkan bantuan bangsa kolonial dan diakui sebagai satu-satunya bentuk pendidikan formal. Ulama bersinergi dengan para pengembara mengajari anak-anak cara membaca, menulis, dan menghafal Alquran.
Murid menggunakan papan kayu untuk menyalin dan mempelajari ayat-ayat Alquran. Mereka belajar menguasai bahasa Arab. Guru-guru Islam dibayar dengan domba, sapi, unta, dan bahan makanan lainnya. Perjanjian-perjanjian yang dicapai oleh komunitas internasional pada 1888 secara resmi membagi penguasaan Somalia, Inggris, Italia, dan Prancis. Prancis men duduki wilayah barat laut, yang merupakan wilayah Djibouti.
Inggris menguasai wilayah utara dan tenggara. Italia mengambil daerah di selatan ke timur laut. Pada kemerdekaannya dari pasukan ini pada tahun 1960, Somalia Inggris dan Italia bergabung untuk membentuk Somalia saat ini. Sedangkan, Somalia Prancis memilih untuk tetap otonom dan membentuk negara terpisah dengan nama Djibouti.
Selama rezim kolonial, masing-masing kekuatan membentuk sistem pendidikan tersen diri agar sesuai dengan tujuan pem bangunan wilayahnya. Orang Italia tertarik melatih orang Somalia untuk menjadi peta ni atau pekerja terampil untuk digunakan di per kebunan pisang. Ini untuk memini malisasi migrasi orang Italia ke wilayah tersebut.
Inggris membutuhkan penduduk asli yang dapat membantu mengelola kebijakan kolonial dan menjaga hukum dan ketertiban. Pendidikan khusus tingkat dasar dan rendah ditawarkan oleh Inggris dan Italia untuk memenuhi kebutuhan ini.
Pada tahun 1947, baik di Somalia Ing gris maupun Italia, ada total 32 sekolah da sar, aka demi polisi, dan sekolah kesehatan. Persen tase warga Somalia yang mendapat kan pen didikan sangat minum. Di Somalia Italia, jum lah mereka hanya 1.265 siswa atau sepersepuluh dari 1 persen populasi.