Selasa 29 Jan 2019 17:46 WIB

Dinkes: Kebanyakan Penderita DBD di Bandung Anak Sekolah

Ada 137 penderita kasus dan itu rata-rata banyak di usia anak sekolah.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Gita Amanda
Belasan warga Cimahi dan Bandung Barat dirawat di RSUD Cibabat.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Belasan warga Cimahi dan Bandung Barat dirawat di RSUD Cibabat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat per tanggap 28 Januari sebanyak 137 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi. Dari jumlah tersebut sebagian besar menyerang anak usia sekolah.

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sedang fokus program sosialisasi DBD ke sekolah-sekolah. Hal ini menyikapi kebanyakan kasus terjadi pada anak sekolah.

"Hari ini ada 137 penderita kasus dan itu rata-rata banyak di usia anak sekolah. Hari ini kegiatannya sangat penting dan mudah-mudahan tidak terus menambah jumlah kasus DBD," kata Yana saat kegiatan sosialisasi DBD kepada kepala sekolah SD dan SMP negeri se-Kota Bandung di Gedung Biofarma, Selasa (29/1).

Yana menuturkan lewat kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi potensi kasus DBD baru. Terutama pada anak-anak sekolah yang rawan terkena gigitan nyamuk Aedes Aegpty karena banyak beraktivitas.

Ia menugaskan para kepala sekolah untuk menggalakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan sekolah. Sebab banyak potensi genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegpty.

"Karena DBD itu di Kota Bandung banyak terjadi karena genangan air di talang termasuk di sisa air dispenser. Selain tentunya bak mandi dan barang-barang yang bisa ada genangan air. Hari ini kita mengingatkan saja kepada para sekolah supaya melakukan pencegahan dengan membersihkan area-area yang kemungkinan menjadi titik perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegpty," tuturnya.

Ia juga meminta peran serta masyarakat umum untuk bisa aktif mencegah berkembangbiaknya nyamuk. Selain dengan PSN, warga juga bisa melakukan 3M plus atau menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air. Untuk plus, masyarakat bisa menggunakan lotion antinyamuk atau menanam tumbuhan anti nyamuk.

Ia menambahkan ke depannya fogging juga akan dilakukan di setiap sekolah. Sehingga lingkungan sekolah bisa bebas dari nyamuk Aedes Aegpty.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan pihaknya telah meminta semua fasilitas kesehatan siaga terhadap kasus DBD. Faskes harus siap menampung semua pasien yang positif DBD.

Rita menyebutjan memang kebanyakan pasien DBD yang terdata di dinkes adalah anak usia sekolah. Karenanya butuh sosialisasi ke kepala sekolah untuk membantu mengantisipasi di lingkungan sekolah.

"Banyak terjadi di usia 4-15 tahun  tentunya itu kan usia sekolah sehingga harus lebih cermat lagi di sekolah bagaimana mencegah sarang-sarang nyamuk yang ada di sekolah," ujarnya.

Ia menyebutkan di Kota Bandung kasus DBD ini belum tercatat sebagai KLB. Karenanya ia berharap lewat sosialisasi yang gencar dilakukan bisa menekan kasus DBD di Kota Bandung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement