Rabu 30 Jan 2019 07:22 WIB

PM Palestina Rami Hamdallah Mundur dari Jabatannya

Otoritas Palestina belum membahas nama-nama calon pengganti Rami Hamdallah

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menerima pengunduran diri Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah dan jajaran menteri di kabinetnya pada Selasa (29/1). Kendati demikian, Hamdallah masih ditunjuk sebagai pengurus hingga kabinet baru terbentuk.

Kantor berita Palestina WAFA telah mengonfirmasi kabar tersebut. Namun belum ada keterangan atau pernyataan resmi dari Abbas merespons mundurnya Hamdallah sebagai perdana menteri.

Baca Juga

Hamdallah mengajukan pengunduran diri setelah Komite Sentral Fatah merekomendasikan pembentukan pemerintah yang terdiri dari perwakilan faksi-faksi di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan tokoh-tokoh independen. "Dia (Hamdallah) dan menteri lainnya mengundurkan diri," ungkap juru bicara Hamdallah, Ahmad Shami, dikutip laman the Times of Israel.

Hingga saat ini Otoritas Palestina dikabarkan belum membahas nama-nama calon yang akan menggantikan posisi Hamdallah. Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum memprotes pengunduran diri Hamdallah dan menteri Palestina lainnya. Dia berpendapat hal itu akan membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan yang hanya melayani kepentingan Abbas dan faksi Fatah saja.

Pada Ahad lalu, anggota Komite Sentral Fatah Azzam al-Ahmad mengatakan Palestina berencana membentuk pemerintahan baru. Rencana itu diumumkan merespons keputusan Hamas yang menolak menyerahkan kontrol atas Jalur Gaza ke Otoritas Palestina.

"Kami berencana membentuk pemerintahan baru dari faksi-faksi segera sebagai tanggapan atas kegagalan Hamas melakukan tanggung jawab nasionalnya dalam menyerahkan Jalur Gaza ke Otoritas Palestina yang sah," kata Ahmad.

Ahmad menegaskan Hamas tak akan disertakan dalam pembentukan pemerintahan yang baru. "Hamas membantu membentuk pemerintahan terakhir. Kali ini, mereka tidak akan berpartisipasi dalam pembentukannya atau menjadi bagian darinya," ujar dia.

Hamas dan Fatah telah berselisih sejak 2007. Beberapa upaya rekonsiliasi telah dilakukan. Namun hingga kini kedua belah pihak masih belum bisa sepenuhnya berdamai.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement