Rabu 30 Jan 2019 14:39 WIB

Panen Raya, Distan Grobogan Bantah Kelangkaan Jagung

Lahan jagung di Grobogan sudah panen 2.361 hektare di awal 2019

Red: EH Ismail
Ladang jagung di Grobogan, Jawa Tengah
Ladang jagung di Grobogan, Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, GROBOGAN -- Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Edhie Sudaryanto membantah dengan tegas adanya pihak-pihak yang menyebutkan saat ini tidak ada panen jagung. Faktanya, jagung di Kabupaten Grobogan sedang memasuki musim panen.

"Siapa bilang tidak ada panen. Tengok saja ke sini lah. Cek lapangan," kata Edhie di Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (30/1).

Edhie menyebutkan, di awal 2019 ini, lahan jagung di Grobogan sudah panen 2.361 hektare. Kemudian di bulan Februari, panen seluas 24.508 hektare dan Maret 16.535 hektare.

"Jumlah panen Januari hingga Maret seluas 43 ribu hektare dengan produktivitas 6,2 ton pipil kering perhektar. Harga kemarin Rp 5.200 per kg untuk jagung kadar air 18," ujarnya.

Sebelumnya Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari (12/1) mengatakan, luas panen jagung saat ini di Paiton 600 hektare. Sampai akhir Januari 2019 di Kabupaten Probolinggo panen 2.075 hektare. Produktivitasnya 8 ton/ha pipilan kering. 

Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, dari 38 Kabupaten di Jawa Timur, diperkirakan potensi panen jagung pada Februari 2019 mencapai 273.564 hektare dengan perkiraan produksi mencapai 1,2 juta ton pipilan kering. Kemudian Maret perkiraan luas panen 175.011 ha dengan potensi produksi 636.610 ton pipilan kering.

Secara terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir meminta agar pihak-pihak tertenu untuk tidak membahas impor jagung secara terus menerus. Pasalnya. Saat ini memasuki musim panen raya jagung.

"Sudah lah jangan bahas impar impor melulu. Ini sudah memasuki panen raya jagung. Grobogan, Karo, Probolinggo panen. Pulau Jawa dan Luar Jawa juga panen," ujarnya.

Oleh karena itu, Winarno menekankan dalam melihat persoalan jagung, agar tidak berkalkukasi jangka pendek yakni secara harian tidak ada jagung. Sebab, harus dipahami bahwa program jagung selama empat tahun terakhir.

"Dulu impor 3,5 juta ton kalau dihitung kurun 4 tahun setara nguras devisa Rp 4 triliun. Ternyata bisa kita hemat dan 2017 tidak ada impor. Bahkan program jagung ini telah mengantarkan 2018 ekspor 341 ribu ton. Ini kan prestasi luar biasa di era Kabinet Jokowi-JK, dulu impor dan sekarang menjadi negara eksportir jagung," pungkas Winarno.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement