REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengakui bahwa pemilu serentak berimplikasi terhadap elektabilitas partai. Menurut Sohibul, PKS sebagai partai yang tidak memiliki capres dan cawapres harus bekerja keras untuk mengatrol elektabilitas partainya.
"Karena bagi partai seperti PKS, kita harus bekerja dua kali, kita harus memasarkan calon presiden dan wapres, kita juga harus memenangkan partai kita," kata Sohibul dalam sambutannya di Konsolidasi Nasional Anggota DPR-DPRD PKS, di Jakarta, Rabu (30/1).
Sementara itu Sohibul menambahkan, bagi partai yang memiliki capres-cawapres seperti Partai Gerindra, kampanye partai bisa dilakukan sembari mempromosikan capres dan cawapres.
"Demikian juga yang di sebelah sana, memasarkan Pak Jokowi itu sama dengan memasarkan PDIP, dan memasarkan Pak Ma'ruf Amin kurang lebih sama dengan memasarkan PKB," ujarnya.
Problem tersebut diakui Sohibul bukan hanya dialami oleh PKS, melainkan juga oleh partai-partai pengusung Prabowo-Sandiaga lainnya seperti PAN, Partai Demokrat. Dirinya bahkan mengaku pernah mengeluhkan terkait hal tersebut.
"Kami sedang setengah mati memikirkan memperjuangkan bagaimana Demokrat bisa tetap eksis," kata Sohibul menirukan pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Babang Yudhoyono (SBY).
Kendati demikian, PKS bertekad akan tampil seatraktif mungkin agar PKS bisa menarik hati masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menyampaikan sejumlah janji politik. Di Pemilu 2019 ini PKS menargetkan meraih 12 persen suara.
"Insya Allah bisa meningkatkan elektabilitas PKS," ucapnya.