REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan pentingnya instrumen fiskal untuk mengelola dampak ketidakpastian yang dapat terjadi akibat perlambatan ekonomi Cina. Sri Mulyani dalam forum investasi di Jakarta, Rabu (30/1), menyatakan perlambatan ekonomi Cina dapat menyebabkan turunnya harga komoditas dan mempengaruhi kinerja ekspor.
Namun, instrumen fiskal harus bisa memegang peranan penting agar pengelolaan ekonomi tidak terganggu oleh tekanan eksternal tersebut. "Fiskal sebagai sebuah instrumen, harus mengisi 'gap', ketika kita memperoleh tekanan dari pergerakan harga komoditas yang menurun," ujar Sri Mulyani.
Untuk itu, opsi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi melalui instrumen fiskal harus dilakukan. Salah satunya dengan memperlebar ruang defisit anggaran.
Pelebaran ini penting karena turunnya harga komoditas dapat mempengaruhi kinerja penerimaan pajak dan mengurangi stimulus fiskal untuk mendorong kegiatan ekonomi. "Harus memilih sejauh mana memperlebar defisit untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, karena kalau tidak dilakukan dapat berpengaruh terhadap pengurangan angka tenaga kerja," ujarnya.
Dengan kondisi itu, maka diharapkan instrumen fiskal dapat mendukung penguatan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi. Selain itu, koordinasi dengan otoritas moneter juga dilakukan agar laju inflasi tetap terjaga dan tidak menganggu daya beli masyarakat.
"Kita harus tetap menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi dengan suasana eksternal yang tidak pasti. Caranya dengan fokus agar permintaan domestik tetap baik," kata Sri Mulyani.