Rabu 30 Jan 2019 17:10 WIB

75 Naskah Mataram Islam akan Dikembalikan dari Inggris

Naskah disimpan di British Library.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Fajar Wijianarko dan Heru Santoso dari bagian Koleksi, Koservasi dan Restorasi Museum Sonobudyo melakukan pembersihan naskah kuno era dan tulisan majalah tahun 1920 koleksi Museum Sonobudoyo di Gedung Unit II Museum Sonobudoyo, Jalan Wijilan, Yogyakarta, Rabu (30/1).
Foto: Republika/Nico Kurnia Jati
Fajar Wijianarko dan Heru Santoso dari bagian Koleksi, Koservasi dan Restorasi Museum Sonobudyo melakukan pembersihan naskah kuno era dan tulisan majalah tahun 1920 koleksi Museum Sonobudoyo di Gedung Unit II Museum Sonobudoyo, Jalan Wijilan, Yogyakarta, Rabu (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengelola Harian Koleksi Filologi Museum Sonobudoyo, Fajar Wijanarko mengatakan, tahun ini akan ada 75 naskah dari Inggris dikembalikan ke Kraton Yogyakarta. Naskah sendiri merupakan naskah milik Kerajaan Mataram Islam.

"Tahun ini akan ada 75 naskah dari British Library yang akan dikembalikan ke Kraton dalam bentuk digital," kata Fajar kepada Republika.co.id, Rabu (30/1).

Itu berarti, naskah yang akan diberikan merupakan kopian yang sudah dalam bentuk digital. Pengembalian naskah itu akan diberikan Annabel Teh Gallop, Lead Curator of Southeast Asian Material di British Library.

Fajar mengatakan, Annabel sendiri memang menjadi orang yang menjembatani langsung Kraton Yogyakarta dan British Library untuk pengembalian naskah. Pengembalian akan direspons masyarakat dan Kraton melalui gelaran besar.

Pengembalian, kata Fajar, sekaligus akan dilaksanakan dalam rangkaian peringatan 30 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X bertahta. 

"Masyarakat seharusnya merespon dengan tindakan positif seperti berlomba-lomba membaca, membuka, mengkaji, menyebarluaskan isi-isi yang kemudian bisa menjadi wacana baru terhadap pembangunan dan macam-macam," ujar Fajar.

Sebanyak 75 naskah itu memang beragam, tapi tentu saja isinya terkait arsip Yogyakarta. Mulai era pemerintahan kedua pada 1811, sejarah manuskrip Jaya Lengkara Wulan tentang pendidikan budi pekerti kala itu dan lain-lain.

Ada pula dua serat ambiya tentang cerita para nabi, dari Adam sampai Sultan bertahta, dan teks-teks wayang. Menurut Fajar, kehadiran naskah-naskah semakin menegaskan posisi Kerajaan Mataram Islam dan konsepsi Islam di Kraton.

"Ada kekayaan intelektual yang sempat terbawa ketika penyerbuan Inggris ke Yogyakarta yang tahun ini dikembalikan, ada sejarah yang berserakan yang kemudian akan dirangkai kembali mozaik-mozaiknya," kata Fajar.

Terkait peristiwa itu, Fajar menjelaskan, pada 19-20 Juni 1812 memang Kraton mengalami kekalahan atas penyerbuan Inggris di Yogya. Peristiwa itu dinamai Geger Sepehi yang mengakibatkan Hamengku Buwono II dibuang ke Pulau Penang.

Konsekuensinya, ada tempat-tempat yang mengalami penjarahan, dikerdilkan sistem militernya dan macam-macam konsekuensi lain. Selain harta benda, naskah-naskah menjadi barang yang dirampas.

"Yang merampas itu ternyata tidak cuma orang Inggris, ada orang India (Sepoy), itu juga merampas," ujar Fajar.

Fajar sendiri sempat melakukan pelacakan atas keberadaan naskah-naskah itu. Ternyata, naskah-naskah ditempatkan di perpustakaan khusus koleksi Raffles, di Mackenzie Private Museum dan di beberapa tempat.

Karena mereka sudah meninggal, naskah-naskah itu dikumpulkan dijual atau dibeli British Library. Sekarang, naskah-naskah itu didigitalisasi dan dikembalikan ke Kraton Yogyakarta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement