REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), KH Didin Hafidhuddin menyampaikan hasil kesimpulan dari Rapat Pleno ke-34 di Kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (30/1). Dia berharap, dalam memilih pemimpin di Pilpres 2019 ini umat selalu berpegang kepada hadis Nabi Muhammad SAW.
Didin mengatakan, Wantim MUI mempersilakan umat Islam untuk memiliki literasi dalam bidang politik. Sehingga bisa menentukan pilihan yang terbaik dalam memilih pemimpin di Pilpres 2018.
"Dan kita berharap bahwa yang menjadi pegangan dari memilih di Pilpres ini adalah sebuah hadis nabi, yang menyatakan barang siapa yang tidak punya kepedulian kepada persoalan-persoalan umat Islam, maka mereka bukan dari kaum Muslimin," ujar Didin saat menyampaikan kesimpulan dari Rapat Pleno Wantim MUI, Rabu (30/1).
Namun, Didin menegaskan bahwa Pilpres sejatinya hanya sebagai sarana. Sehingga diharapkan momentum lima tahunan tersebut tidak mengakibatkan kehancuran sebagai sebuah bangsa. Menurut dia, umat Islam harus tetap menguatkan persatuan dan kesatuan walaupun terjadi perbedaan pilihan.
Menurut dia, perbedaan pilihan juga tidak boleh menyebabkan rusaknya rasa persaudaraan antar sesama umat Islam. Menurut Didin, ukhuwah Islamiyah adalah sebuah sebuah keniscayaan. Sehingga tidak boleh rusak hanya karena Pilpres. "Perbedaan-perbedan pilihan tidak boleh menyebabkan rusaknya ukhuwah Islamiyah," ucap Didin.
Dia pun mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk terus berdoa dalam Pilpres 2019, sehingga bisa diberikan pemimpin yang amanah, yang terbaik, yang cerdas, dan pemimpin yang jujur. "Umat Islam memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, itulah doa. Sehingga diharapkan kepada tokoh-tokoh, ulama dan umat untuk berdoa agar dilahirkan pemimpin yang amanah dan jujur," kata Didin.