REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia di Taiwan (APIT) dengan PT Baba Rafi Indonesia memfasilitasi penandatanganan letter of intent (LoI) tentang tindak lanjut kerjasama kedua pihak terkait waralaba Kebab Baba Rafi di Taiwan. Kerjasama ini difasilitasi oleh Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei.
Penandatanganan dilakukan oleh Ketua APIT Deyantono dan CEO Baba Rafi Hendy Setiono yang disaksikan disaksikan Kepala KDEI Taipei Didi Sumedi di Kantor KDEI di Taipei, Taiwan, pada Jumat (25/1).
Didi mengatakan, dengan penandatanganan LoI tersebut, maka waralaba asal Indonesia akan segera hadir di Taiwan. "Diharapkan, hal ini dapat diikuti ekspansi waralaba lain dari tanah air," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika, Rabu (30/1).
Didi mengungkapkan, sejak 2018, KDEI Taipei gencar memfasilitasi kerjasama antara pengusaha Indonesia yang ada di Taiwan dengan pengusaha di Indonesia. Kerjasama APIT dengan waralaba Baba Rafi merupakan realisasi awal dari penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara APIT dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) tentang kerja sama pengembangan ritel Indonesia di pasar Taiwan pada Oktober 2018.
Menurut Didi, peluang pasar waralaba asal Indonesia di Taiwan sangat besar. Setidaknya, sekitar 300 ribu masyarakat Indonesia di Taiwan dan sebagian besar merupakan pekerja migran. Selain itu, jumlah pekerja migran Indonesia di Taiwan merupakan terbanyak kedua setelah Malaysia.
Didi menilai, pasar di Taiwan cukup menjanjikan. Terlebih, kebab juga digemari berbagai kalangan, sehingga pangsanya tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat Taiwan itu sendiri.
Didi juga mengungkapkan, Baba Rafi merupakan kisah sukses waralaba Indonesia yang melebarkan sayapnya tidak hanya di Indonesia, juga di mancanegara. Bahkan Kebab Turki Baba Rafi dinobatkan sebagai The World’s Biggest Kebab Chain.
Menurut Didi, Baba Rafi tidak hanya bisnis yang berorientasi profit, tetapi lebih dari itu. "Masyarakat sekaligus pengusaha Indonesia di Taiwan ingin mempersembahkan yang terbaik untuk negeri dan memberikan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia," katanya.
Sementara itu, Deyantono menambahkan, keinginan pengusaha Indonesia menghadirkan merek Indonesia di Taiwan masih sangat besar. Oleh karena itu, APIT akan menyambut baik jika ada restoran dari Indonesia yang akan mengembangkan sayapnya di Taiwan.
Dibandingkan dengan agresivitas Thailand dan Vietnam, Deyantono menjelaskan, jumlah restoran Indonesia di Taiwan masih sangat terbatas. "Padahal, Indonesia yang memiliki kekuatan rasa dan kekhasan kuliner berpeluang besar di pasar Taiwan," katanya.