Rabu 30 Jan 2019 21:36 WIB

Gubernur Gorontalo: Kemiskinan Turun Karena Jagung

Kementan sempat memberikan bantuan bibit unggul dan pupuk ke petani Gorontalo

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan sejumlah pejabat terkait tengah melakukan panen raya jagung, di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (230/1).
Foto: Republika/Agus Yulianto
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan sejumlah pejabat terkait tengah melakukan panen raya jagung, di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (230/1).

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Angka kemiskinan di Gorontalo mengalami penurunan signifikan. Hal tersebut karena adanya program bantuan penanaman jagung.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dalam acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) yang mengusung tema ‘Pembangunan SDM dan Sektor Pertanian di Gorontalo," pada Rabu (30/1). 

Baca Juga

Ia mengatakan, pada 2012, angka kemiskinan di Gorontalo masih 20 persen. Namun angka tersebut berkurang dengan menggratiskan pendidikan dan kesehatan.

"Kami melakukan pembangunan infrastruktur dan menggagas ekonomi kerakyatan, termasuk di dalamnya pertanian dan peternakan," katanya. 

Terkait sektor pertanian, Rusli mengakui, sebelumnya kondisi petani jagung sangat memalukan. Terutama karena benih yang kurang bagus atau tidak adanya pupuk. Kementan pun memberikan bantuan bibit unggul dan pupuk turun tepat waktu serta adanya jaminan harga di tingkat petani.

"Sehingga akhirnya Gorontalo berhasil mengekspor jagung hingga sebanyak 113 ribu ton," ujar dia.

Hal lain yang juga dilakukan pemerintah terkait produk jagung adalah, penetapan standar harga jagung, yang tidak boleh kurang dari Rp 3.100 per kilogram (kg).

Kebijakan tersebut muncul karena ada kondisi di mana ketika musim jagung panen, harga jagung turun, paling tinggi Rp 1.500 per kg," kata dia.

Kementan pun membuat standar harga jagung tidak boleh di bawah Rp 3.150 per kg. Ketika harga di bawah angka tersebut, Bulog harus turun membelinya dengan harga Rp 3.150 per kg. "Inilah yang membuat petani sejahtera," kata dia.

Berdasarkan survei pada September 2018, BPS setempat melansir adanya penurunan angka kemiskinan hingga 0,98 poin, yakni menjadi 15,83 persen atau 188,30 ribu jiwa. Pada Maret 2018, angka kemiskinan masih tercatat di 16,81 persen atau sebanyak 198,51 ribu jiwa. 

Penurunan jumlah penduduk miskin dalam kurun Maret 2018-September 2018 terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun dari angka yang diperoleh juga tampak bahwa penurunan kemiskinan di perkotaan jauh lebih banyak ketimbang di pedesaan. 

Menururut Rusli, selain kinerja sektor pertanian, cara lain untuk menekan kemiskinan adalah dengan menggelar pasar murah. "Kita alokasikan anggaran untuk pasar murah. Ini sejalan dengan perintah Presiden agar negara hadir di tengah-tengah rakyat," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement