Kamis 31 Jan 2019 20:12 WIB

BMKG: Waspadai Peningkatan Suhu Permukaan Laut di Yogya

Meningkatnya suhu muka laut terjadi sampai anomali 0,5-1 derajat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Permukaan air laut (ilustrasi)
Foto: Esmee van Wijk/CSIRO
Permukaan air laut (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta telah mengeluarkan peringatan dini peningkatan suhu permukaan laut. Baik di Samudera Hindia maupun Laut Jawa bagian utara Yogyakarta.

Kepala Unit Prakiraan Cuaca BMKG Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan, meningkatnya suhu muka laut terjadi sampai anomali 0,5-1 derajat. Imbasnya, suhu muka laut berada di angka 28-30 derajat.

"Sehingga, tersedianya uap air di atmosfer Yogyakarta memicu pembentukan awan-awan hujan berupa awan konvektif atau cumulonimbus," kata Sigit, Kamis (31/1).

Di sisi lain, lanjut Sigit, peningkatan aktivitas Gunung Merapi berupa guguran lava dan tersedianya abu vulkanik akan menambah akumulasi partikel-partikel di udara yang mendukung pembentukan uap air.

Dampaknya, telah menyababkan terbentuknya awan cumulonimbus sampai ketinggian lebih dari 12 kilometer seperti yang terjadi pada 29 Januari 2019. Kondisi ini yang bisa menimbulkan hujan es.

Pantauan BMKG Yogyakarta, suhu puncak awan dari ketinggian seperti ini bisa mencapai minus 80 derajat. Dengan ketersediaan air yang begitu tebal sampai 9 kilo dan es sampai 3 kilo di puncak awan membuat hujan es tidak terelakkan.

"Menyebabkan hujan lebat disertai es pada 29 Januari 2019 lalu, artinya ada korelasi meningkatnya aktivitas Merapi dengan peningkatan cuaca ekstrem di Sleman," ujar Sigit.

Puncak musim hujan di Kabupaten Sleman sendiri sudah mengakibatkan sejumlah bencana seperti banjir. Bajir dari Kali Pete misalnya, telah mengakibatkan satu rumah roboh dan dua rumah terancam roboh di Kecamatan Kalasan.

Jembatan di Dusun Karangmojo juga terancam ambrol karena pondasi menggantungnya sudah tergerus banjir. Banjir setinggi satu meter juga sempat menggenangi 15 rumah di Dusun Bogem akibat luapan Kali Pete.

Setidaknya, sebanyak empat kepala keluarga yang terdiri dari 10 orang dewasa dan lima anak mengungsi di Dusun Bogem. Tiga rumah dan jalan kampung di Pondok Wonolelo juga terdampak luapan kali.

Selain itu, banjir dari Kali Opak membuat jembatan gantung di Dusun Karangwetan Kecamatan Berbah rusak berat. Hal itu lantaran jembatan yang baru beroperasi akhir tahun lalu itu tidak kuat menahan beban sampah yang menyangkut.

Bupati Sleman, Sri Purnomo menegaskan, Pemkab akan memprioritaskan penyelamatan jiwa masyarakat yang terdampak langsung bencana bila terjadi kedaruratan. Akan pula dimobilisasi personel dan peralatan penanganan bencana.

Baik dari TRC, BPBD, BLH, PU, Dinsos, Dinkes, TNI-Polri, PMI, Tagana dan Komrel Sleman yang terlibat penanganan dampak di Sleman. Pemkab juga akan menurunkan Sleman Emergency Service (SES) untuk penyelamatan korban jiwa.

Salah satu layanannya merupakan mobil ambulans dengan pengemudi dan paramedis. Selain itu, ia menekankan, Pemkab akan memberikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang terdampak langsung.

"Logistik pangan difasilitasi Dinas Sosial, terutama bila ada pengungsi, untuk bahan banjir tersedia bronjong (gabion) 370 unit dan karung pasir 4.000 lembar baik di gudang BPBD maupun Dinas PUPKP," ujar Sri. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement