Kamis 31 Jan 2019 21:31 WIB

Temui Jokowi, Pelaku Marketplace Minta PPN Dihapuskan

Perlu insentif bagi marketplace yang juga menampung barang dari pelaku UKM

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
ecommerce
ecommerce

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri marketplace khusus busana Muslim HijUp, Diajeng Lestari, menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka pada Kamis (31/1) sore ini. Bersama sejumlah perancang busana Muslim kenamaan, Diajeng secara khusus menyampaikan tantangan-tantangan yang ia hadapi dalam berkiprah di industri busana Muslim kepada Presiden Jokowi. Salah satu poin yang disuarakan adalah insentif bagi marketplace atau platform jual beli daring yang juga menampung barang dagangan dari para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).

Diajeng menyebutkan, UKM busana Muslim perlu didorong karena mereka menyumbang porsi hingga 98 persen dari keseluruhan penjual yang memanfaatkan platform daring HijUp untuk menawarkan produknya. Diajeng mengakui insentif perpajakan seperti revisi Pajak Penghasilan (PPh) final dari 1 persen menjadi 0,5 persen memang dianggap memudahkan pelaku UMKM.

Namun ia beranggapan masih ada ganjalan bagi pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di bidang busana Muslim, yakni besaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen yang dikenakan kepada pembeli dan dipungut oleh penyedia marketplace.

"Pembebasan untuk pajak pertambahan nilai (PPN) karena kita melihat bahwa subsidi pajak itu penting sekali dengan adanya persaingan global seperti saat ini pemain-pemain UKM ini perlu dibesarkan," jelas Diajeng usai menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (31/1).

Penjelasan Diajeng bukan tanpa alasan. Januari ini, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 210 Tahun 2019 yang berisi pengenaan pajak terhadap pedagang dan e-commerce yang menjual barang. Dalam beleid tersebut, penyedia marketplace diminta memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPh terkait penyediaan layanan platform marketplace kepada pedagang dan penyedia jasa.

"Karena saat ini kita bersaing bukan hanya dari level UKM ya, tapi kita harus bersaing menjadi pemain global juga, karena kita lihat banyak dari brand internasional juga menyasar market populasi Muslim Indonesia," jelas Diajeng.

HijUp, ujar Diajeng, saat ini mewadahi lebih dari 300 desainer busana Muslim Indonesia dan satu tahun ke belakang berhasil mencatatkan visitor (pengunjung) sekitar 7 juta dari seluruh dunia. HijUp juga telah mengirim produk yang dijual ke 52 negara.

Istri pendiri Bukalapak.com, Ahmad Zaky ini mengungkapkan kepada Jokowi bahwa HijUp.com sejak 10 tahun lalu sudah mencanangkan Indonesia untuk menjadi pusat busana Muslim dunia.

"Golnya adalah tahun 2020 pak yang mana dalam 48 minggu lagi, kita ingin Indonesia jadi pusat busana Muslim. Tentunya ini merupakan visi besar bersama," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement