Sabtu 02 Feb 2019 02:22 WIB

TKN: Pernyataan Rudiantara tak Arahkan Dukungan ke Jokowi

Pernyataan Rudiantara itu ingin mengingatkan ASN agar netral

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Ace Hasan Syadzily
Foto: Republika/Wihdan
Ace Hasan Syadzily

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily menegaskan pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara tidak mengarahkan untuk mendukung pasangan calon presiden tertentu. Pernyataan Rudiantara yang dimaksud adalah soal ujaran. "Yang bayar gaji ibu siapa?"

Ace menilai, sebaliknya, pernyataan Rudiantara itu ingin mengingatkan aparatur sipil negara (ASN) di jajarannya netral di depan publik.

"Lha wong Ibu itu secara terbuka mengatakan mendukung calon tertentu ya harus diluruskan sama Pak Rudiantara. Pertanyaannya apakah Pak Rudiatara mengarahkan pada calon tertentu? Dia mengingatkan bahwa yang bersangkutan itu ASN yang digaji negara, seharusnya netral," ujar Ace kepada wartawan, Jumat (1/2).

Karenanya, ia menyesalkan adanya pihak yang menyimpulkan pernyataan tersebut mengarah ke paslon Jokowi-Ma'ruf, termasuk kubu pasangan Prabowo-Sandiaga. Menurutnya, harus dilihat secara utuh apa yang disampaikan Rudiantara. Rudiantara kata Ace, justru menegaskan agar para ASN ini netral.

"Pak Rudiantara menegaskan supaya ASN itu netral karena dia digaji oleh uang negara. Jangan menggunakan jabatannya sebagai ASN untuk kepentingan politik," ujarnya.

Ace justru mempertanyakan jika kubu paslon 02 menyesalkan sikap yang diambil Rudiantara tersebut. "Artinya justru mereka inginnya ASN itu tidak netral? Saya mempertanyakan komitmen mereka terhadap ASN yang seharusnya netral," ujarnya.

Sebelumnya, beredar video interaksi Menkominfo Rudiantara dengan salah seorang ASN saat acara internal di Jakarta, Kamis (31/1). Kejadian berawal ketika Rudiantara meminta pegawai Kemenkominfo memilih stiker sosialisasi Pemilu 2019 yang akan ditempel di kompleks kementerian tersebut. Kedua stiker--stiker satu dan stiker dua--memiliki warna berbeda.

Saat diminta memilih, para pegawai pun bersorak memberikan jawabannya nomor satu atau dua. Menanggapi gelagat yang menjurus itu, Menkominfo pun menegaskan bahwa pemilihan tersebut tidak ada kaitannya dengan pemilu, tapi hanya memilih stiker.

Hasilnya, stiker nomor dua yang dipilih. Setelah itu, Menkominfo meminta seorang ASN maju untuk menjelaskan mengapa ia memilih stiker nomor dua. Menurut keterangan resmi Kemenkominfo pada Jumat, ASN yang diminta maju oleh menteri mengasosiasikan nomor rancangan stiker dengan nomor urut capres pilihannya di pemilu. Media memberitakan, Rudiantara menyindir ASN itu.

"Padahal, sebelumnya Menkominfo sudah dengan gamblang menegaskan bahwa pemilihan tersebut tidak ada kaitannya dengan pemilu. Penegasan tersebut terhitung diucapkan sampai empat kalimat sebelum memanggil ASN tersebut ke panggung," demikian bunyi keterangan resmi dari Kemenkominfo.

Mendengar jawaban ASN tersebut, Rudiantara mengingatkan bahwa pemilihan rancangan stiker itu tidak ada kaitannya dengan capres di Pemilu 2019. Setelah itu, Rudiantara melontarkan kata-kata, "Yang bayar gaji Ibu siapa?" kepada ASN tersebut. Menurut Kemenkominfo, kalimat tersebut tercetus karena menteri merasa ASN yang digaji rakyat atau pemerintah menyalahgunakan kesempatan tersebut untuk menunjukkan sikap yang tidak netral.

"Menkominfo ingin menegaskan bahwa ASN digaji oleh negara, sehingga ASN harus mengambil posisi netral, setidaknya di hadapan publik," demikian jawaban Kemenkominfo melalui keterangan tertulisnya.

Kalimat berikutnya yang dilontarkan Rudiantara dalam acara tersebut, "yang menggaji pemerintah dan bukan keyakinan ibu," seperti dalam keterangan tersebut, merujuk pada "sikap ketidaknetralan yang disampaikan kepada publik yang mencederai rasa keadilan rakyat yang telah menggaji ASN".

Menyusul video Menkominfo itu, warganet pada Jumat (1/2) pagi ramai membahas topik bertanda pagar #YangGajiKamuSiapa di dunia maya. Tagar itu hingga sore ini masih bertengger di puncak trending topic Twitter di Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement