Ahad 03 Feb 2019 18:04 WIB

Asuransi Syariah Diharapkan Aktif Berinovasi

Asuransi syariah meski tumbuh di 2018 namun rendah tak seperti tahun sebelumnya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pertumbuhan Asurasi Syariah. Petugas melayani nasabah di kantor layanan Asuransi Prudential Syariah, Jakarta, Rabu (14/3).
Foto: Republika/ Wihdan
Pertumbuhan Asurasi Syariah. Petugas melayani nasabah di kantor layanan Asuransi Prudential Syariah, Jakarta, Rabu (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri asuransi syariah diminta lebih aktif membuat inovasi memasuki tahun dengan volatilitas tinggi. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah (AASI) Ahmad Sya'roni mengharapkan industri bisa lebih fleksibel di tengah perlambatan ekonomi.

Hambatan dalam pertumbuhan perbankan syariah pada 2018 lalu telah membawa pengaruh cukup signifikan pada perkembangan asuransi syariah. Hal ini karena 40 persen hingga 60 persen produk asuransi syariah sangat bergantung pada produk perbankan syariah.

"Saya kira tahun ini dengan ekonomi dunia yang masih belum pulih, peluang syariah cukup besar," kata dia pada Republika, beberapa waktu lalu.

Secara umum, kata Sya'roni, asuransi syariah tetap tumbuh meski rendah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Selain karena sejumlah hambatan seperti pembebanan komisi, asuransi syariah juga terkendala imbas kondisi global sehingga tidak bisa banyak bersaing.

Meski demikian, ia melihat ada peluang lain bagi asuransi syariah berkembang lebih jauh. Secara program besar perusahaan memang cukup jauh mengalami penurunan. Tapi pada sisi kredit mikro tahun ini diperkirakan akan berkembang pesat.

"Untuk asuransi justru harus menopang lebih besar lagi karena kemungkinan klaim asuransi akan meningkat," kata dia.

Sehingga tahun ini, industri diharapkan memasang strategi khusus. Untuk segmentasi pasar, asuransi syariah dapat meluncurkan produk-produk yang memang hanya ada di syariah dan tidak bisa ditiru oleh konvensional.

Seperti salah satunya program wakaf asuransi yang hanya ada di segmen syariah. Sya'roni memprediksi akan ada produk-produk baru yang sangat spesifik untuk syariah sehingga tidak bisa dikloning konvensional. 

"Semakin ke sini muncul kondisi yang mengharapkan sesuatu produk yang baru, saya yakin orang kita kreatif, sehingga akan banyak hal yang menyesuaikan," kata dia.

Selain itu, industri diharuskan mengarah pada digitalisasi. Karena saluran distribusi termurah adalah melalui digital. Jika mengandalkan agen saja maka terlalu mahal dan akan tertinggal. Di masa depan, pemanfaatan teknologi adalah suatu tuntutan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement