Ahad 03 Feb 2019 23:44 WIB

Asita: Harga Bagasi Perlu Sosialisasi

Penentuan harga bagasi per kg yang dihitung per jarak adalah kewenangan maskapai.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penumpang pesawat udara mengemasi barang bagasi mereka setibanya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatra Barat, Kamis (7/6).
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Penumpang pesawat udara mengemasi barang bagasi mereka setibanya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatra Barat, Kamis (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- - Kegaduhan masyarakat untuk harga tiket dan tarif bagasi pesawat Low Cost Carrier (LCC) masih belum berakhir. Sebab, masyarakat selama ini berpikir tarif tiket LCC termasuk harga bagasi.

"Nah sekarang ketika harga naik, bagasi pun dikurangi. Nah itu pun tambah kaget orang," kata Wakil Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita) Rudiana, Ahad (3/2).

Baca Juga

Padahal harga tersebut masih di bawah Tarif Batas Atas (TBA). Konsumen bisa menghitung tarif ideal dengan menjumlah harga tiket dan bagasi. Meski, penentuan harga bagasi per kg yang dihitung per jarak adalah kewenangan maskapai.

"Jangan sampai harga bagasi plus harga tiketnya ketika dijumlah melebihi TBA. Ini bisa kena pasal," katanya.

Menurutnya jika maskapai melakukan penaikan tarif namun tetap memberi allowance pada bagasi tidak akan terlalu memberatkan. Sebenarnya, jika maskapai tanah air ingin mengikuti pasaran di luar bisa saja dilakukan.

Seperti diketahui, penerbangan-penerbangan di luar negeri untuk tarif LCC tidak termasuk bagasi. Cara ini bisa baik dilakukan untuk meningkatkan peningkatan kualitas pelayanan

"Kalau kita mengikutinya, itu mungkin bisa tapi yang perlu adalah sosialisasi sejak jauh hari," kata dia.

Sosialisasi harus dilakukan dengan bekerjasama secara baik dengan berbagai stakeholder. Salah satunya dengan perusahaan travel.

Asita, ia melanjutkan, sebagai kepanjangan tangan dari maskapai ke konsumen bisa melihat bagaimana pasar penumpang. Pihaknya berharap harga yang diberikan tidak terlalu tinggi atau melakukannya secara bertahap untuk menghindari gejolak pasar.

"Jadi harus gradasi, pelan-pelan," ujarnya. Alasannya, masyarakat belum siap untuk biaya bagasi yang tinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement