Senin 04 Feb 2019 21:25 WIB

Jepang dan Jerman Berharap Krisis Venezuela Berakhir Damai

Pengakuan terhadap Guaido meningkatkan tekanan masyarakat internasional kepada Maduro

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolanda
Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo, Jepang, Senin (4/2) waktu setempat.
Foto: AP
Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo, Jepang, Senin (4/2) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan mereka berharap pemimpin Venezuela dapat mengakhiri krisis politik dengan cepat dan damai. Merkel mengatakan Jerman sudah mengakui ketua oposisi pemerintah Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara Amerika Latin tersebut. 

"Guaido orang yang berbicara dengan kami dan orang yang perkirakan dapat menggelar proses pemilihan umum secepat mungkin dan dari sudut pandang Jerman dia presiden sementara yang memiliki legitimasi untuk tugas ini dan juga dari sudut pandang negara-negara Eropa," kata Merkel dalam konferensi pers bersama Abe, Senin (4/2). 

Dalam kunjungan selama dua hari ke Jepang, Merkel mengulangi pernyataan pemimpin negara-negara Eropa. Ia juga mengatakan Guaido harus segera melakukan pemilihan umum. 

photo
Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo, Jepang, Senin (4/2) waktu setempat.

"Kami berharap proses ini dapat dilakukan sesingkat mungkin dan tentu dengan damai," tambah Merkel. 

Sementara itu Abe berkomentar tentang status Guaido. Tapi ia mengatakan Jepang berharap krisis politik Venezuela dapat selesai dengan stabil, demokratis dan cepat. Beberapa negara Eropa sudah bergabung dengan Kanada, AS dan beberapa negara Amerika Latin yang mengakui Guaido sebagai presiden sementara. 

Pengakuan terhadap Guaido ini meningkatkan tekanan masyarakat internasional kepada Maduro. Abe menekankan kerja sama yang ia lakukan dengan Jerman dalam kunjungan Merkel kali ini. 

Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan 'persekutuan multilateralime' sebagai perlawan terhadap pendekatan 'American First' yang dilakukan Presiden AS Donald Trump. Serta perlawanan terhadap kebijakan Cina yang mengejar kepentingan nasionalnya sendiri. 

"Tanggung jawab kami bekerja untuk kemakmuran dan keamanan global semakin meningkat," kata Abe. 

Abe menambahkan kerja samanya dengan Merkel untuk keseimbangan global 'sesuai dengan peraturan'. Konferensi pers ini banyak membicarakan isu internasional. 

Dalam kesempatan ini Merkel juga menyingung tentang Brexit. Ia mengatakan Jerman akan melakukan segalanya agar Brexit dapat menghindari 'no-deal'. Tapi ia juga tidak mau melakukan negosiasi ulang kesempakatan Brexit yang sudah diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May sebelumnya.    

Pada Ahad (3/2), May mengatakan akan mencari 'solusi pragmatis' dalam kebuntuan di parlemen dalam menentukan ketentuan Brexit. Di saat bersamaan ia juga akan mencoba berbicara dengan Uni Eropa agar mereka mau membuka kembali negosiasi kesepakatan yang sebelumnya sudah disetujui bersama-sama. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement