REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin mengatakan ada indikasi agen-agen untuk kepentingan asing masuk di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahyudin menyatakan hal itu dengan mengutip informasi Panglima TNI Gatot Nurmantyo di ILC beberapa wkatu lalu tentang potensi Bangsa Indonesia dan informasi beberapa intelijen.
“Memang ada indikasi seperti itu, bahwa agen-agen asing itu berusaha masuk ke seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang tujuannya adalah memecah belah bangsa Indonesia dari dalam, sehingga ada indikasi sampai pejabat, DPR, pengusaha, birokrat, tapi kita tidak tahu siapa mereka tapi rasa itu ada," katanya dalam acara sosialisasi empat pilar MPR di Balikpapan, Selasa (5/2).
Ia menambahkan kondisi tersebut ditunjang dengan sistem pemilu suara terbanyak. Partai politik tidak lagi dapat mengendalikan, akhirnya kader-kader partai politik yang mumpuni, yang memiliki kemampuan, loyalitas, kalah bersaing dengan caleg yang memiliki uang, katanya.
Menurut dia, agen-agen tersebut dimasukkan ke Indonesia dalam rangka proxy war untuk dapat menguasai sumber daya yang dimiliki bangsa ini. “Indonesia yang secara geografis terletak di equator, memiliki sumber daya energi yang melimpah yang dibutuhkan oleh dunia. Hal inilah yang membuat iri bangsa-bangsa lain,” katanya.
Indonesia menikmati berbagai sumber energi yang melimpah, mulai dari air hingga matahari yang terus bersinar sepanjang tahun. Hal inilah yang kemudian menjadi incaran banyak kepentingan.
Ia mengatakan dunia semakin hari, semakin padat penduduknya. Pertumbuhan penduduk semakin cepat. Bila saat ini 4 miliar orang penduduk bumi, hanya dalam belasan tahun ke delan diperkirakan berlipat ganda hingga 14 miliar orang. Akibatnya, kebutuhan akan sumber daya energi juga meningkat pesat.
Hal inilah, kemudian memicu berbagai negara utamanya negara maju berkeinginan untuk menguasai sumber-sumber energi dunia. Ia mencontohkan, Irak yang diluluhlantakan demi minyak yang ada di dalam bumi negara 1001 malam tersebut.
Dengan menggunakan alasan adanya senjata pemusnah massal di negeri tersebut, Amerika Serikat menyerbu meluluhlantakan negara itu. Usai kehancuran Irak, tidak ditemukan senjata pemusnah massal di negeri itu, namun yang pasti sumber daya minyak telah dikuasai, katanya.
Ia mengatakan, penguasaan sumber-sumber energi tidak hanya dilakukan dengan melakukan perang bersenjata, namun juga dengan perang perantara seperti melalui perang ideologi, perang ekonomi dan perang proxy lainnya, melalui domba. Konflik-konflik di Timur Tengah merupakan contoh nyata dari proxy war tersebut.
Untuk itu, menurut dia, Indonesia harus memperkuat pilar-pilar dalam berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah diadu domba.