Selasa 05 Feb 2019 16:50 WIB

Kritik Pasangan tidak Punya Anak, Menkeu Jepang Minta Maaf

Jepang mengalami masalah penurunan demografi.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Populasi Jepang menyusut di tahun ketiga di mana jumlah orang tua menguasai seperempat dari total populasi untuk pertama kalinya.
Foto: Reuters
Populasi Jepang menyusut di tahun ketiga di mana jumlah orang tua menguasai seperempat dari total populasi untuk pertama kalinya.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Menteri Keuangan Jepang Taro Aso meminta maaf atas perkataannya yang menyerang pasangan atau orang-orang yang tidak memiliki anak. Sebelumnya ia mengatakan orang-orang yang tidak memiliki anak menaikan ongkos sosial dan membuat populasi semakin menua.

"Jika saya membuat beberapa orang tidak nyaman, saya minta maaf," kata Aso, Selasa (5/2).

Aso menyampaikan kritiknya terhadap orang-orang yang tidak memiliki anak dipertemuan dengan konstituennya di Fukuoka. Aso yang berusia 78 tahun salah satu politisi konservatif dalam pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang juga beberapa kali menyalahkan orang-orang yang tidak memiliki anak atau orang tua atas penurunan demografi.

"Ada banyak orang aneh yang mengatakan orang tua yang harus disalahkan, tapi itu salah, masalahnya adalah mereka yang tidak memiliki anak," kata Aso.

Baca juga: 48 Pejabat di Cina Dipecat karena Skandal Vaksin

Aso dikritik atas pernyataannya tersebut padahal ini bukan pertama kalinya Aso menyerang orang-orang yang tidak memiliki anak. Pernyataan semacam ini pernah ia lontarkan pada tahun 2014 lalu.

Berdasarkan stasistik terbaru, angka kelahiran Jepang pada tahun 2018 ini turun 921 ribu jiwa. Angka terendah sejak Jepang melakukan sensus yang sama pada tahun 1899. Total populasi Jepang turun 448 ribu jiwa, rekor terendah Negeri Sakura itu.

Diprediksi populasi Jepang dapat turun terus menjadi dibawah 100 juta jiwa pada tahun 2050. Kecuali jika mereka membuka pintu besar-besaran terhadap imigran.

Abe sendiri tidak memiliki anak. Ia mengakui minimnya akses terhadap perawatan anak yang terjangkau, panjangnya jam kerja, biaya perawatan orang tua dan realita hidup lainnya terutama di kota-kota besar menjadi faktor utama rendahnya angka kelahiran di Jepang.

Tapi Abe berjanji untuk melakukan reformasi tenaga kerja untuk meringankan beban keluarga agar para pasangan di Jepang dapat memiliki anak lebih banyak. Jepang dikenal masyarakat yang memiliki umur panjang. Hal ini menjadi salah satu faktor penuaan populasi dan meningkatkan biaya perawatan orang tua.

Aso mengatakan pernyataannya tersebut dikeluarkan dari konteksnya dan disalah pahami. Tapi oposisinya tidak berpendapat demikian.

"Dia tidak hanya kurang mempertimbangkan mereka yang memilih tidak punya anak atau mereka yang tidak bisa punya anak, tapi dia juga tidak mengerti persoalannya, dia tidak memiliki rasa kemanusiaan," kata politisi oposisi dari Constitutional Democratic Party of Japan, Kiyomi Tsujimoto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement