Rabu 06 Feb 2019 11:31 WIB

Kisah Pemuda Mencari Jodoh

Ada seorang pemuda yang bersumpah sebelum menikah meminta saran 100 orang.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Hijrah
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam buku berjudul Semua Ada Saatnya karangan Syekh Mahmud Al-Mishri yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ustaz Abdul Somad Lc, diceritakan sebuah kisah tentang beberapa kategori wanita. Cerita ini diceritakan oleh Ibnu Habib bahwa ada seorang laki-laki yang bersumpah untuk tidak menikah sebelum ia mendapatkan saran dari seratus orang.

Syahdan, seorang lelaki bersumpah tidak menikah sebelum mendapat saran dari seratus orang. Pemuda tersebut sejatinya bersikeras untuk tidak menikah karena alasan trauma pada perempuan. Dia pun telah melalui perjalanan panjang, sehingga berhasil bertanya kepada 99 orang yang ditemuinya selama di perjalanan.

Suatu saat, pemuda tersebut berpapasan dengan seorang pria yang membuat rantai dari tulang belulang dan menghitamkan wajahnya seraya melakukan hal yang aneh, seperti menaiki rotan seolah-olah rotan tersebut adalah seekor kuda.

Meski terlihat seperti orang yang tidak waras, pemuda yang hendak mencari orang terakhir untuk ditanya perihal penting atau tidaknya pernikahan itu pun menghampirinya. Laki-laki itu mengucapkan salam padanya seraya berkata, "Aku ingin berkata kepadamu tentang suatu masalah, tolong dijawab," kata si pemuda.

Pria itu menjawab, "Tanyalah apa yang ingin kau tanyakan, akan tetapi jangan tanyakan sesuatu yang tidak penting." Laki-laki termuda di antara keduanya itu pun menjelaskan keadaannya kepada pria di hadapannya. "Aku seorang laki-laki yang telah menemui banyak masalah dengan perempuan. Aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan menikah hingga aku meminta saran kepada seratus orang dan engkau adalah orang yang keseratus. Apa pendapatmu?" ujar si pemuda.

Pria di hadapannya pun menjawab, "Ke tahuilah bahwa perempuan itu terbagi menjadi tiga golongan. Pertama adalah wanita yang baik untukmu. Kedua, perempuan yang tidak baik untukmu dan terakhir adalah perempuan yang tidak baik untukmu dan tidak pula baik terhadapmu.

Dia menjelaskan, definisi perempuan yang baik untukmu adalah perempuan yang cantik dan lembut, tak ada laki-laki lain yang mengenalnya sebelum engkau. Jika perempuan itu melihat sesuatu yang menyenangkan maka dia akan memuji dan jika dia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan maka dia akan menutupinya.

"Adapun perempuan yang tidak baik un tukmu adalah perempuan yang melahirkan anak bukan darimu, lalu merampas hartamu, ke mudian diserahkan kepada anaknya. Dia tidak akan berterima kasih padamu meskipun eng kau telah berbuat banyak baginya," ucap dia. Sedangkan, kriteria perempuan yang tidak baik untukmu dan tidak pula berbuat baik padamu adalah perempuan yang telah me nikah dengan laki-laki lain sebelum denganmu.

Jika dia melihat sesuatu yang menyenangkan maka dia akan berkata, "Ini yang aku sukai," tapi jika ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan maka dia akan berkata, "Aku rindu suamiku yang pertama." "Inilah beberapa kriteria perempuan. Aku menjelaskannya kepadamu agar engkau mengerti," ujar pria itu kepada sang pemuda. "Jika engkau ingin menikah, maka pilihlah dari para perempuan itu. Namun jika tidak mampu, maka jangan lakukan," lanjut pria itu.

Si pemuda terdiam seraya mencerna perkataan pria di hadapannya yang jika dilihat dari penampilannya menyerupai orang yang kurang waras. Tapi, nyatanya, jawaban pria tersebut, menurut dia, adalah jawaban terbaik dari 99 orang ditanyainya sebelumnya. "Demi Allah, siapa engkau?" Tanya si pe mu da. Lelaki keseratus itu menjawab, "Bu kankah aku telah menetapkan syarat padamu agar jangan bertanya tentang sesuatu yang tidak penting?!" jawab laki-laki itu seraya pergi meninggalkan si pemuda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement