Rabu 06 Feb 2019 17:00 WIB

Dua Pertiga Gletser Himalaya Terancam Mencair

Pencairan tersebut berakibat fatal bagi delapan negara di Benua Asia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nashih Nashrullah
Puncak Pegunungan Himalaya
Foto: AP PHOTO
Puncak Pegunungan Himalaya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Sekitar dua pertiga gletser yang terdapat di Pegunungan Himalaya dapat mencair pada tahun 2100 jika pemanasan global yang tengah terjadi tidak dapat diatasi. 

Hilangnya dua pertiga gletser di kawasan tersebut akan menimbulkan konsekuensi bencana alam bagi delapan negara di Benua Asia di sekitar Himalaya.

Merujuk pada tujuan Perjanjian Paris, pemanasan global harus dibatasi maksimal 1,5 derajat celcius untuk memperlambat proses pencairan gletser di daerah dataran tinggi. Termasuk di Pegunungan Himalaya.

Dengan tingkat pemanasan global 1,5 derajat celcius itu pun sejatinya sudah memicu pencairan sepertiga gletser Himalaya.

Direktur Jenderal Pusat Internasional untuk Pengembangan Gunung Terpadu (ICIMOD), David Molden, mengatakan sejauh ini perhatian dunia belum cukup banyak terhadap keberadaan gletser yang ada di pegunungan.  

Padahal, menurut dia, kejadian itu akan memberikan dampak besar pada pertanian, mengubah pola curah hujan sehingga terkadang terlalu banyak air atau bahkan kekurangan air. 

“Kita juga melihat akan ada banyak bahaya banjir dan tanah longsor,” kata David seperti dilansir dari Voice of America, Rabu (6/2).

Hasil studi terbaru ICIMOD, massa es di Pegunungan Himalaya telah mulai menipis semenjak pemanasan global terjadi.

Saat ini laju pemanasangan global mulai menuju angka 5 derajat celcius atau diatas dari batas yang ditentukan dalam Perjanjian Paris.

“Ini adalah krisis iklim yang belum pernah Anda dengar,” kata Philippus Wester, pemimpin studi ICIMOD.

Untuk diketahui, panjang wilayah Himalaya mencapai 3.500 kilometer dan melintasi Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Cina, India, Myanmar, Nepal, dan Pakistan. 

Philippus mengatakan, masyarakat yang tinggal di lereng-lereng gunung akan mendapatkan dampak terbesar dari proses pencairan gletser Himalaya yang tengah berlangsung.

Padahal, lanjut dia, mereka yang tinggal di lereng Pegunungan Himalaya adalah kelompok masyarakat yang tidak berkontribusi banyak terhadap pemanasan global. 

Di satu sisi, taraf kehidupan mereka juga termasuk warga miskin yang hidup dengan kurang dari dua dolar AS sehari.

Oleh sebab itu, Philippus mengatakan langkah-langkah yng diperlukan untuk mengantisipasi perubahan iklim adalah mengubah sistem pertanian masyarakat sekitar. 

Selain itu, memasang sistem peringatan dini banjir dan melindungi ekosisten gunung.

Ia berharap studi ICIMOD akan membuka mata dunia agar lebih menaruh perhatian tentang pengaruh pemansan global terhadap gletser yang ada di berbagai pegunungan di dunia. 

ICIMOD mendesak delapan negara yang dilintasi Himalaya untuk bekerja sama meminimalisasi pencairan gletser “Ini tindakan mendesak yang dibutuhkan untuk skala global,” katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement