Kamis 07 Feb 2019 07:37 WIB

Pelaku Tawuran Manggarai Bakal Dikonfrontasi

Polisi bantah tawuran di sekitar Manggarai terkait kartel narkoba

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bilal Ramadhan
Warga melintas di dekat spanduk bertuliskan himbauan stop tawuran di Kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Prayogi
Warga melintas di dekat spanduk bertuliskan himbauan stop tawuran di Kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tawuran yang kerap terjadi di wilayah Jakarta Selatan telah menimbulkan keresahan dan ketakutan bagi warga setempat maupun warga yang melintas. Karena seringnya tawuran terjadi, Pemerintah Kota Jakarta Selatan akan mengonfrontasi para pelaku tawuran. Tujuannya adalah mencari apa sebenarnya permasalahan dasar kedua belah pihak sehingga tawuran berulang kali terjadi.

Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah, mengaku akan serius menangani kasus tawuran dan juga akan melibatkan ormas untuk membantu meredam tawuran. “Perlu dipertemukan antara tokoh-tokoh yang berpengaruh di lingkup masing-masing agar bisa ngademin suasana, mendinginkan suasana,” kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (6/2).

Ia mengaku kaget dengan tawuran yang baru saja terjadi di dua tempat sekaligus di Jakarta Selatan, yakni di Jalan Sahardjo dan Pasar Rumput. Ia merasa prihatin dan langsung berkoordinasi dengan Camat Setiabudi dan Wali Kota Jakarta Pusat karena ada juga yang masuk di wilayah Menteng dan Pasar Manggis.

“Memang ya mudah-mudahan sih bukan jadi tradisi. Ada kasus apa gitu, saya masih mendalami dan teman-teman di polsek juga sedang mendalami ini. Apakah motifnya sama seperti dulu atau ada motif lain. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama kita mau lakukan langkah-langkah untuk menyatukan warga masyarakat,” kata Marullah.

Pasalnya, motif tawuran sebelum-sebelumnya adanaya keinginan menunjukkan eksistensinya. Namun, untuk kasus kali ini, kepolisian telah menangkap provokator dari tawuran di dua wilayah itu. Hal tersebut masih diproses hingga saat ini.

Pemkot Jakarta Selatan akan segera menjalinkan hubungan pihak-pihak yang bertikai itu. Pihaknya berharap masyarakat di Jakarta Selatan bisa mempunyai suasana yang tenang dan tidak cepat emosi.

“Ini sebenarnya penyakit kota-kota besar di mana interaksi antara satu masyarakat dengan yang lainnya rutin terjadi. Bukan kita mengatakan ini sesuatu yang lumrah, bukan, tetapi boleh jadi ketika terjadi interaksi seperti ini, gesekan terjadi di mana-mana,” kata Marullah.

Saat ini, pertemuan antartokoh masyarakat bahkan ormas sudah rutin dilakukan. Namun, pihaknya akan lebih intens lagi untuk menyelesaikan kasus tawuran yang tak pernah tuntas tersebut. Padahal, sanksi sudah tegas ditegakkan, tetapi memang ada sebagian pihak yang seolah tidak kapok dan menganggap biasa. Anggapan tersebut perlu dibenahi.

Bantahan polda

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono membantah tawuran itu berkaitan dengan permainan kartel-kartel narkoba di daerah tersebut. Menurut dia, tawuran, baik antarpelajar maupun antarwarga, bukanlah hal baru dan sudah lama terjadi.

Ia mengklaim kepolisian pun sudah melakukan segala upaya pencegahan. Namun, kepolisian juga butuh peran serta masyarakat. “Kita lihat masalahnya seperti apa sih, kenapa bisa ada tawuran? Misalnya tawuran warga, kita harus bisa mengomunikasikan dari kedua belah pihak kira-kira masalahnya seperti apa,” kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Rabu (6/2).

Titik awal permasalahan dari kedua kelompok yang bertikai tersebut, menurut Argo, harus digali kembali dengan kepala dingin. Selain melibatkan kepolisian, harus ada juga keterlibatan dari RT, RW, lurah, camat, hingga wali kota. Dengan demikian, kedua kelompok pelaku tawuran itu bisa ditatar secara benar dan menyeluruh.

“Jika tawuran karena sebatas permasalahan olahraga, itu perlu kita cari permasalahan itu. Kalau masalah olahraga, ya dari kedua belah pihak itu kita lihat dari pranata sosial yang ada, kira-kira warga hobinya apa. Kalau senang trek, kita salurkan balapan legal. Kalau senang kelahi, ada tinju, kita salurkan,” ujar Argo.

Ia memastikan kepolisian rutin mengadakan patroli, khususnya di wilayah-wilayah rawan tawuran. Jika terjadi tawuran, kepolisian tidak pandang bulu dan langsung menangkap.

“Tentunya Polda Metro pasti represif. Dia salah kita tangkap, gampang. Tapi, masalahnya (penyebab tawuran) itu apa harus dipecahkan, tidak bisa polisi sendiri, tapi semua stakeholder yang ada harus terlibat,” kata dia menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement