Rabu 06 Feb 2019 21:14 WIB

Trump Kaji Perjanjian Baru Perlucutan Senjata dengan Rusia

Donald Trump menarik AS dari perjanjian INF.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).
Foto: ABC News
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersalaman dalam pertemuan di Helsinki, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang mempertimbangkan penandatanganan perjanjian baru perlucutan senjata dengan Rusia. Perjanjian itu akan menggantikan Intermediate-range Nuclear Forces (INF) Treaty.

"Mungkin kita bisa menegosiasikan perjanjian yang berbeda, menambahkan Cina dan yang lainnya atau mungkin kita tidak bisa. Dalam hal ini kita akan menghabiskan dan menginovasikan semua yang lain sejauh ini," kata Trump, dikutip laman kantor berita Rusia TASS, Rabu (6/2).

Trump diketahui telah menarik AS dari perjanjian INF. Hal itu dilakukan karena dia menganggap Rusia telah berulang kali melanggar ketentuan perjanjian tersebut. "Itulah sebabnya saya mengumumkan bahwa AS secara resmi menarik diri dari perjanjian INF," ujarnya.

Rusia menyangkal tudingan bahwa mereka melanggar INF. Oleh sebab itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menangguhkan keterikatan negaranya dalam INF. Ia bahkan memerintahkan para pejabat luar negeri dan pertahanan Rusia agar tidak berusaha menjalin dialog dengan AS.

Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov Rusia akan hengkang dari INF dalam tempo enam bulan. Dengan keputusan masing-masing pihak, perjanjian INF terancam bubar.

INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement