Rabu 06 Feb 2019 21:36 WIB

Petani Keluhkan Harga Turun Akibat Rembesan Gula Impor

Presiden Jokowi berjanji akan melakukan revitalisasi pabrik gula.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Gula impor
Foto: Bhakti Pundhowo/Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan petani tebu mendatangi Istana Negara pada Rabu (6/2) siang tadi. Mereka sengaja diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan.

Salah satu petani tebu asal Madiun, Jawa Timur, Tarip mengeluhkan turunnya harga gula di level petani akibat adanya rembesan gula rafinasi impor. Gula rafinasi diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri, bukan ditujukan untuk bersaing dengan gula kristal produksi dalam negeri.

"Harga gula petani mulai 2016 sudah mulai turun karena ada gula impor yang merembes ke pasaran konsumen," kata Tarip di Istana Negara, Rabu (6/2).

Ia mendesak presiden agar lebih bijak dalam menentukan periode impor gula agar tidak bertabrakan dengan masa panen tebu. Tarip menyampaikan bahwa petani tebu pada prinsipnya tidak anti-impor. Menurutnya, produksi gula nasional memang belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi gula, khususnya untuk industri.

"Kami sadar gula produksi nasional di bawah kebutuhan konsumen. Kami harap kalau impor tidak waktu panen sehingga harga gula tetap bisa memenuhi biaya pokok produksi (BPP)," kata Tarip.

Tarip juga menyampaikan kepada Presiden agar pemerintah mempertahankan sistem bagi hasil antara petani tebu dengan pabrik gula. Menurutnya, sistem itu justru menguntungkan petani, ketimbang sistem beli putus. Sistem bagi hasil tersebut memberikan porsi gula hasil penggilingan sebanyak 66 persen untuk petani dan 34 persen untuk pabrik.

Menanggapi hal itu, Presiden Jokowi berjanji akan melakukan revitalisasi pabrik gula untuk meningkatkan tingkat rendemen gula. Presiden juga berjanji akan menaikkan Harga Pokok Petani (HPP) dari angkanya saat ini sebesar Rp 9.700 per kilo gram (kg). Soal berapa besaran kenaikannya, Presiden berjanji akan memberikan hasil dalam satu pekan ke depan.

"Lalu sistem bagi hasil tetap dipertahankan akan ditindaklanjuti. Jangan dipikir semua hal saya ngerti, setiap hari saya ke daerah, ke desa tapi hal-hal ini kalau nggak ketemu langsung dengan pelaku nggak nangkep," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement