Rabu 06 Feb 2019 22:06 WIB

Didatangi Petani, Presiden Janji Naikkan HPP Gula

Petani minta HPP gula setidaknya Rp 10.500 per kilogram.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp 9.300 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp 10.600 per kg.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp 9.300 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp 10.600 per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan menaikkan Harga Pokok Petani (HPP) gula dari angka saat ini yang masih bertahan di Rp 9.700 per kilo gram (kg). Pernyataan Jokowi ini disampaikan setelah ratusan perwakilan petani tebu dari seluruh Indonesia mendatangi Istana Negara untuk menuntut adanya kenaikan HPP yang saat ini dianggap belum memberi keuntungan.

"Jangan saya baru tahu terus suruh mutuskan. Intinya semangatnya kita naikkan. Berapanya yang belum kita putuskan," ujar Presiden di hadapan para petani tebu yang hadir di Istana Negara, Rabu (6/2).

Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen menyebutkan, angka HPP Rp 9.700 per kg masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) gula petani di angka Rp 10.500 per kg. Artinya, ujar Soemitro, angka ideal untuk HPP saat ini paling tidak sama dengan BPP di level Rp 10.500 per kg.

Menurutnya, penyerapan gula oleh Perum Bulog pun belum optimal karena hanya menyasargula produksi pabrik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan pabrik gula swasta, produksi gulanya tak terserap sehingga harga anjlok.

"Gula yang digiling di pabrik swasta tidak dibeli sehingga harga jatuh di bawah Rp 9.000 (per kg)," kata Soemitro saat audiensi bersama Presiden Jokowi.

Mentan: Tekuni Bidang Pertanian Jika Ingin jadi Konglomerat

Soemitro juga menambahkan, anjloknya harga gula juga disebabkan oleh banyaknya rembesan gula rafinasi yang mengakibatkan kerugian bagi petani tebu dan produsen gula pasir lokal. Gula rafinasi yang berbahan baku gula mentah diimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri, bukan ditujukan untuk bersaing dengan gula kristal produksi dalam negeri.

"Kami mohon agar kalau impor gula setidaknya tidak saat panen. Jadi kami bukan alergi gula impor. Karena kami sadar produksi nasional masih di bawah kebutuhan nasional. Sehingga harapan kami impor bukan saat musim panen sehingga harganya memenuhi HPP," kata Soemitro.

Soemitro juga mendesak presiden untuk melakukan revitalisasi pabrik-pabrik gula yang sudah tua. Menurutnya, langkah ini penting dilakukan demi menaikkan tingkat rendemen gula. Penjelasan Soemitro diamini oleh Mulyadi, seorang petani tebu dari Jawa Barat. Ia mengungkapkan bahwa rata-rata usia seluruh pabrik gula di Jawa Barat sudah di atas 100 tahun. Hal ini berpengaruh pada kualitas pabrik dalam mengolah tebu menjadi gula.

"Harapan kami ada revitalisasi. Tanpa itu untuk rendemen yang baik sulit. Tahun ini saja rata-rata rendemen di bawah 7.5 (persen)  Menurut kami para petani, ini mesti ada perbaikan di pabrik karena alatnya tua," kata Mulyadi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement