REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Center of The Study of Religion and Culture Universitas Islam Negeri (CSRC UIN) menggelar seminar peluncuran buku berjudul Masjid di Era Milenial: Arah Baru Literasi Keagamaan.
Jajang Jahroni selaku penyunting, memaparkan isi dan bahasan yang terkandung dalam buku yang diterbitkan CSRC UIN tersebut.
Dalam penjelasannya, Jajang menyinggung peran masjid sebagai lembaga keislaman yang kini tengah mengalami pengeroposan fungsi, khususnya di era modern. Kekuatan modernisasi yang didukung sistem pemerintahan yang absolut membuat masjid tidak mampu memainkan perannya dalam masyarakat.
“Di era modern, masjid mengalami penurunan peran karena watak negara modern yang memonopoli dan mengurusi hampir seluruh urusan publik, termasuk lembaga keagamaan,” kata Jajang saat menyampaikan pemaparan di Jakarta, Rabu (6/2).
Bukan hanya mengalami penurunan dalam manajemen, melainkan juga masjid kini tergerus eksistensinya dan cuma dijadikan sebagai tempat beribadah semata.
Keadaan ini tentu berbanding terbalik dengan peran masjid sebelum era modernisasi, dimana masjid menjadi pusat transmisi ilmu, bahkan penunjang ekonomi masyarakat di sekitarnya.
“Masjid yang sebelumnya berperan penting bagi umat, terus mengalami penurunan dan terpinggirkan,” sambung Jajang.
Dalam buku ini, Jajang mengategorikan beberapa jenis masjid berdasarkan pengembangan manajemennya.
Dia juga menyimpulkan, masih banyaknya masjid di Indonesia yang belum mengalami perkembangan yang berarti, bahkan masih jauh dari kriteria masjid yang ideal.
Solusinya, menurut dia, adalah dengan melakukan perubahan manajemen, baik dari peningkatan program, menajemen pendanaan, dan penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peran negara yang kini mulai mengintervensi masjid juga harus dikurangi.