Kamis 07 Feb 2019 17:52 WIB

Garuda tak Sesuaikan Tarif Kargo Seluruh Komoditas

Harga kargo domestik masih lebih murah daripada internasional.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Petugas masukan barang milik penumpang ke bagasi pesawat di Bandara Internasional Soekarno,-Hatta, Tanggerang,Banten, Kamis (7/2). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah merumuskan aturan mengenai penetapan tarif bagasi untuk maskapai Low Cost Carrier (LCC). Upaya ini dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut perlindungan para penumpang dan bisnis maskapai.
Foto: Prayogi/Republika
Petugas masukan barang milik penumpang ke bagasi pesawat di Bandara Internasional Soekarno,-Hatta, Tanggerang,Banten, Kamis (7/2). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah merumuskan aturan mengenai penetapan tarif bagasi untuk maskapai Low Cost Carrier (LCC). Upaya ini dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut perlindungan para penumpang dan bisnis maskapai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-September 2018, Maskapai Garuda Indonesia melakukan penyesuaian tarif kargo. Namun, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan penyesuaian tarif kargo yang dilakukan tidak untuk seluruh komoditas.

"Untuk komoditas hasil laut tujuan internasional dari Indonesia Timur, Garuda Indonesia masih memberikan harga yang terbaik,” kata Ari kepada Republika.co.id, Kamis (7/2).

Ari menegaskan hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan visi dan misi pemerintah untuk meningkatkan ekspor. Dengan begitu, penyesuaian harga untuk komoditas laut dari Indonesia Timur tidak mengalami kenaikan setinggi komoditas lainnya.

Dia menambahkan jika saat ini Garuda Indonesia menaikkan tarif kargo, hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perubahan industri dari pasar tradisional menjadi e-commerce. Selain itu, Ari mengakui sebelumnya juga banyak middle business atau broker yang membentuk harga pengiriman kargo yang membuat kostumer memilih langsung pengiriman sesuai dengan layanan yang diinginkan.

Baca juga, Asperindo: Kenaikan Tarif Kargo Sudah Melebihi 300 Persen

Selain itu, kata dia, kenaikan harga juga dilakukan sejalan dengan biaya industri penerbangan yang meningkat. “Terutama biaya avtur dan sewa pesawat. Kargo adalah pendapatan terbesar kedua untuk maskapai setelah pendapatan dari penumpang,” ujar Ari.

Setelah kenaikan pun, menurut Ari, harga kargo domestik masih lebih murah daripada internasional. Ari menjelaskan pengiriman kargo dari Korea Selatan ke Jakarta mencapai Rp 17.029 per kilogram, tetapi dari Jakarta ke Korea Selatan hanya Rp 11.500 per kilogram. Begitu juga dengan kargo dari Hongkong ke Jakarta Rp 13.328 per kilogram namun dari Jakarta ke Hongkong Rp 10.500.

Garuda Indonesia baru menaikkan tarif kargo hingga saat sini setelah September 2018. Selama Januari sampai September 2018, Garuda Indonesia hanya menjual kargo Rp 1.800 sampai Rp 3.000 per kilogram per jam penerbangan. Lalu setelah September 2018, Garuda baru menaikkan tarif kargo menjadi Rp 6.000 sampai Rp 10 ribu per kilogram per jam penerbangan sesuai destinasi bandara.

Hanya saja, dengan kenaikkan kargo saat ini, Ari menilai hanya sedikit mengurangi keuntungan anggota perusahaan anggota Asperindo. “Mereka tidak akan merugi, karena margin mereka cukup besar Rp 6.000 sampai Rp 18 ribu,” tutur Ari. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement