REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang sedikitnya 400 kiai dan habib yang berdomisili di Jadetabek untuk hadir di Istana Negara. Jokowi pun memanfaatkan momentum itu untuk mengklarifikasi sejumlah hal, termasuk asumsi bahwa dia melakukan kriminalisasi terhadap ulama.
Meski sudah beberapa kali disampaikan, namun baru sekarang Jokowi berkesempatan menjelaskannya langsung di hadapan ratusan kiai di Istana Negara. "Yang tanda tangan Hari Santri itu siapa? Ini bukan riya loh. Saya hanya ingin ingatkan yang tanda tangan Hari Santri siapa," jelas Jokowi, Kamis (7/2).
Selain soal penetapan Hari Santri, Jokowi juga menyebutkan bahwa pemerintah memiliki perhatian untuk membangun ekonomi keumatan. Sejumlah program ekonomi telah dikembangkan, termasuk pembentukan bak wakaf mikro. Ia pun menyampaikan bahwa kebijakan ini dianggap berhasil karena mampu meningkatkan taraf ekonomi santri dan pondok pesantren sendiri.
"Saya sudah cek langsung beberapa pondok berjalan baik. Kalau di sana tadinya hanya jualan bakso gerobak sekarang punya warung. Dulunya jualan gorengan sekarang jual nasi uduk. Ya ekonomi mikro yang dituju," katanya.
Jokowi juga menyampaikan akan mulai membangun balai latihan kerja khusus pondok pesantren. Targetnya, sebanyak 1.000 balai latihan kerja bisa dibangun dalam tahun ini. Program pelatihannya, ujar Jokowi, nanti akan menyesuaikan dengan minat para santri. Misalnya, bila kebanyakan santri berminat mempelajari industri garmen, maka pelatihan yang diberikan juga berkaitan dengan itu.
"Ada pondok ingin IT, ya siapkan peralatan yang berhubungan dengan IT. Kalau 1.000 nanti dievaluasi sudah bener ya 28 ribu ponpes di seluruh Tanah Air akan kita sasar," katanya.