REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimis aliran modal akan terus mengalir ke dalam negeri. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan arus modal asing selama 2019 per 7 Februari tercatat Rp 49,6 triliun.
"Rinciannya, modal asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 32,4 triliun, melalui saham sebesar Rp 15,1 triliun dan SBI sebesar Rp 2 triliun," kata Perry di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (8/2).
Menurutnya, ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap perkembangan pasar keuangan dalam negeri cukup kuat. Ini terlihat juga pada pergerakan nilai tukar rupiah yang cukup membaik dan terus menguat.
Perry optimis aliran modal asing akan terus masuk di semua portofolio baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA), saham, maupun obligasi. PMA diyakini akan terus naik karena kebijakan pemerintah yang sedang ditempuh sangat pro untuk menarik PMA.
"Baik di infrastruktur, mendorong ekspor, mengurangi impor, industri 4.0, untuk mkm, pariwisata, semua kebijakan yang ditempuh pemerintah, baik dalam bentuk paket kebijakan bulan Desember kemarin, regulasi dari Kemenperin, tax holiday, itu memang untuk menarik aliran dana asing," kata Perry.
Selain itu, premi resiko Indonesia juga menurun sehingga investor akan cenderung merasa lebih aman. Untuk portofolio aliran modal lain seperti saham dan obligasi, baik pemerintah maupun korporasi, Perry juga optimis karena prospek ekonomi Indonesia yang terus meningkat.
Perusahaan Indonesia mencetak laba yang baik sehingga akan menarik bagi investor menanamkan investasinya dalam bentuk saham. Hal ini terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menguat.
Sementara untuk obligasi, ini akan tergantung pada selisih bunga setelah memperhatikan premi risiko. Premi risiko Indonesia dikatakan membaik, karena kondisi global pun melandai. Dari sisi suku bunga Indonesia juga sudah cukup menarik setelah dinaikan.
"Yield dari obligasi baik korporasi maupun pemerintah kan menarik, secara umum aset keuangan dalam bentuk obligasi kita itu menarik," kata Perry.