REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) disebut pernah mengancam akan menggunakan peluru terhadap jurnalis Jamal Khashoggi. Hal itu dilakukan bila Khashoggi tidak kembali ke Saudi dan mengakhiri kritikannya terhadap pemerintah.
Informasi tersebut diterbitkan New York Times dengan mengutip mantan dan pejabat luar negeri Amerika Serikat (AS) saat ini yang memiliki pengetahuan tentang laporan intelijen.
"Komentar itu (penggunaan peluru) dibuat dalam percakapan antara Pangeran Mohammed dan ajudannya Turki Aldakhil pada September 2017 dan disadap oleh badan intelijen Amerika," kata New York Times dalam laporannya, dikutip laman Aljazirah, Jumat (8/2).
Analis intelijen AS telah menafsirkan kata "peluru" dalam percakapan antara Pangeran MBS dan Aldakhil secara metaforis. Hal itu tidak berarti Pangeran MBS akan menembak Khashoggi. Namun, kata tersebut menunjukkan niatnya untuk membunuh Khashoggi bila tak kembali ke Saudi.
Beberapa hari sebelum percakapannya dengan Aldakhil, Pangeran MBS juga melakukan pembicaraan dengan ajudan sekaligus tangan kanannya Saud al-Qahtani. Dalam perbincangan tersebut, Pangeran MBS mengatakan kepada al-Qahtani bahwa Khashoggi semakin menjadi sosok yang berpengaruh.
Dia pun mengeluhkan tentang tulisan-tulisan serta unggahan-unggahan Khashoggi di akun Twitternya yang menodai citra dirinya sebagai seorang reformis yang berpikiran maju.
Al-Qahtani sempat mengatakan kepada Pangeran MBS bahwa tindakan apa pun yang diambil terhadap Khashoggi akan memicu kegemparan internasional. Namun Pangeran MBS mengucapkan Saudi seharustnya tidak peduli dengan reaksi terhadap bagaimana ia menanganu warganya sendiri.
Aldakhil yang namanya disebut dalam laporan New York Times telah menyangkal semua informasi yang menyeret dirinya. Dalam sebuah tudingan yang ditujukan kepada New York Times dia mengatakan tuduhan terhadap dirinya pasti salah.
Sementara itu belum ada komentar langsung dari CIA dan Badan Keamanan Nasional AS terkait laporan New York Times. Laporan tersebut terbit sehari sebelum tenggat waktu kongres bagi Gedung Putih untuk menyerahkan laporan apakah Pangeran MBS memerintahkan pembunuhan Khashoggi dan jika bermaksud memberlakukan sanksi pada penguasa de facto tersebut.
Sebelumnya, pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar hukum yang memimpin penyelidikan internasional terhadap kasus Khashoggi, Agnes Callamard mengatakan, pejabat Saudi terlibat dalam merencanakan pembunuhan Khashoggi.
"Bukti yang dikumpulkan selama misi saya ke Turki memperlihatkan bahwa Khashoggi adalah korban pembunuhan terencana dan brutal, yang direncanakan dan dilakukan para pejabat Arab Saudi," ujar Callamard.
Menurut dia, penyelidikan yang dilakukan Turki secara transparan telah sejalan dengan hukum internasional. Namun hal itu dibatasi dan dirusak oleh Saudi.
Baca: Turki Tuding Saudi Tutupi Kasus Pembunuhan Khashoggi