Jumat 08 Feb 2019 19:30 WIB

Menteri BUMN Dorong Penurunan Harga Produksi Pupuk

Jika harga turun, jumlah pupuk yang disubsidi meningkat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) didampingi Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat (tengah) dan Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Achmad Tossin Sutawikara (kanan) meninjau stok pupuk bersubsidi di Gudang Lini III Pasir Hayam, Cianjur, Jawa Barat, Jumat (8/2/2019).
Foto: Antara/Nurul Ramadhan
Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri) didampingi Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat (tengah) dan Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Achmad Tossin Sutawikara (kanan) meninjau stok pupuk bersubsidi di Gudang Lini III Pasir Hayam, Cianjur, Jawa Barat, Jumat (8/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno berharap harga produksi pupuk bisa lebih rendah. Saat ini harga produksi pupuk per kilogram (kg) sebesar Rp 4.500.

Meski begitu, kata dia, masyarakat tetap bisa mendapatkan pupuk dengan harga Rp 1.800 per kg. Hal itu karena pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 2.700 per kg.

"Kalau harga produksi bisa turun jadi Rp 4.000 per kg maka pupuk yang disubsidi bertambah banyak. Meski tanpa negara menambah uang subsidi," tutur Rini, Jumat (8/2). 

Ia menuturkan, bahan baku pupuk memang mahal karena berupa gas. Maka, kata dia, Kementerian BUMN berkomunikasi pula dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kita berkomunikasi juga dengan ESDM bagaimana menurunkan harga gas. Salah satunya, ini bukan jangka pendek, tapi kita harapkan tiga tahun ke depan, dapatkan gas dari proses batubara yang kalori rendah menjadi gas," ujar Rini.

Dirinya menegaskan, hal itu akan dimulai di Riau. "Kita bekerja sama dg perusahaan Amerika yang punya teknologi, untuk ngubah batu bara itu menjdi gas. Ini bisa menjadi salah satu bahan baku pupuk. Kita harap cost-nya jadi lebih murah. Bumn ini saya dorong cari alternatif," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement