REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyesuaian harga BBM namun diperkirakan pengamat tidak akan berdampak terlalu signifikan bagi masyarakat. Sebab, penurunan harga hanya terjadi pada BBM yang beroktan tinggi.
Pengamat ekonomi dari CORE, Moh Faisal, mengatakan penurunan harga BBM tidak terlalu berdampak signifikan pada perekonomian masyarakat. BBM yang harganya turun hingga Rp 1.100 per liter bukan salah satu motor penggerak ekonomi dan konsumsinya di masyarakat tidak begitu besar.
"Kalau yang mengalami penurunan sampai Rp 1.100 itu BBM yang banyak dikonsumsi masyarakat, seperti Pertalite, akan besar pengaruhnya. Tapi kalau yang sedikit dikonsumsi seperti Pertamax Turbo maka kecil efeknya," ujar Faisal saat dihubungi, Ahad (10/2).
Padahal, kata Faisal penurunan harga BBM jika memang tepat sasaran akan berpengaruh signifikan pada daya beli masyarakat dan persaingan industri. "Tidak hanya mempengaruhi inflasi secara langsung saja, tetapi juga penurunan harga transportasi yang berdampak pada harga harga bahan pokok," ujar Faisal.
Mulai Ahad (10/2) dini haru, harga untuk BBM jenis non-subsidi diturunkan. Pertamax Turbo disesuaikan dari Rp 12.000 menjadi Rp 11.200 per liter. Pertamax disesuaikan dari Rp 10.200 menjadi Rp 9.850 per liter. Dexlite disesuaikan dari Rp 10.300 menjadi Rp 10.200 per liter. Dex disesuaikan dari Rp 11.750 menjadi Rp 11.700 per liter
Pertalite harganya namun tetap sebesar Rp 7.650 per liter. Tak hanya BBM beroktan tinggi, Pertamina juga menyamakan harga premium di seluruh bagian Indonesia menjadi Rp 6.450 per liter terhitung Ahad (10/2). Semula harga Premium di Jawa Madura dan Bali dibanderol sebesar Rp 6.550 per liter.