Ahad 10 Feb 2019 21:41 WIB

Akademisi: Hoaks Jadi Tantangan Terbesar Pers

Cara mengantisipasi berita bohong, melakukan cek dan ricek sebelum disiarkan.

Red: Ratna Puspita
Hoax. Ilustrasi
Foto: ABC News
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara  Prof Dr Syafruddin Kalo, SH, mengatakan tantangan terbesar dunia pers saat ini adalah banyaknya muncul hoax atau kabar bohong yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, ujaran kebencian yang beredar di masyarakat.

"Dunia pers, harus lebih teliti, dalam memperoleh berita dari masyarakat maupun sumber-sumber lainnya, untuk mencegah berita bohong dan ujaran kebencian," kata Syafruddin di Medan, Ahad (10/2).

Untuk menghindari berita bohong itu, menurut dia, pers agar hati-hati dalam menyiarkan berita, sehingga tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. "Berita murahan itu tidak perlu dipublikasikan di media massa," ujar Syafruddin.

Ia mengatakan, dalam mengantisipasi berita bohong dan ujaran kebencian itu, media dan seluruh pihak harus hati-hati menyikapinya. Selain itu, melakukan cek dan ricek terlebih dahulu sebelum disiarkan.