Senin 11 Feb 2019 11:31 WIB

Washington Minta Cina Hargai Kekayaan Intelektual AS

AS dan Cina akan kembali menggelar pertemuan untuk menyelesaikan Perang Dagang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) bersiap menekan Cina agar bersedia mematuhi permintaan mereka untuk menghargai kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS. Desakan itu akan disampaikan saat kedua negara menggelar pertemuan pada pekan kedua ini.

Kedua negara akan menggelar pembicaraan yang fokus membahas kekayaan intelektual demi mengakhiri perang dagang.  Pembicaraan itu akan digelar di Beijing setelah beberapa pertemuan sebelumnya di Washington tidak menghasilkan apa-apa. Pekan lalu negosiator AS mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan.

Pada Jumat (8/2) lalu pejabat Gedung Putih mengatakan persiapan sedang dilakukan dan pembicaraan selanjutnya akan fokus menekan Cina untuk melakukan reformasi struktural. Gedung Putih sudah mengumumkan waktu pembicaraan ini.

AS akan mengirimkan tim yang dipimpin oleh Deputi Perwakilan Perdagangan AS Jeffrey Gerrish. Selanjutnya pada Kamis dan Jumat AS akan mengirimkan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. 

"Amerika Serikat produsen hebat teknologi dan inovasi dan industri know-how dan rahasia dagang, dan kami harus mengoperasikan lingkungan dimana hal-hal itu dapat dilindungi, saya sama sekali tidak memprediksi keberhasilannya, masih banyak yang perlu dilakukan," kata  Lighthizer pada pekan lalu.  

Baca juga, IHSG Menguat di Tengah Kekhawatiran Negosiasi Dagang AS-Cina.

Lighthizer yang mempelopori gencatan senjata perang dagang dengan Cina selama 90 hari berusaha mendorong Cina agar membuat reformasi perdagangan. Ia meminta Cina untuk mengakhiri apa yang dinilai AS sebagai praktek perdagangan tidak adil termasuk mencuri kekayaan intelektual dan memaksa perusahaan AS untuk memberikan teknologi mereka ke perusahaan Cina.

Cina sudah membantah telah melakukan praktik perdagangan seperti itu. Kedua belah pihak sudah mencoba untuk menyelesaikan kesepakatan dagang sebelum  gencatan senjata perang dagang berakhir pada 1 Maret mendatang.

Dalam pernyataannya Kementerian Perdagangan Cina mengatakan kedua negara sudah melakukan pembicaraan yang mendalam tentang kepentingan masing-masing. Tapi mereka tidak memberikan rincian kepentingan apa yang dibicarakan.

Pada Jumat lalu kantor berita Xinhua melaporkan duta besar Cina untuk AS Cui Tiankai mengatakan pola pikir zero-sum game yang artinya harus ada yang menang dan kalah akan menghancurkan hubungan Cina-AS. Cui mengatakan perusahaan-perusahaan Cina dan AS harus bersaing sekaligus berkerja sama satu sama lain.  "Kisah nyata dalam bisnis bukan hitam dan putih," kata Cui.

Pada hari Kamis lalu Trump mengatakan belum memiliki rencana untuk bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Pernyataan ini menghilangkan harapan perjanjian perdagangan dengan Cina dapat segera dilakukan.

Perang dagang antara AS dan Cina telah merugikan kedua negara itu miliaran dolar. Perang dagang membuat perekonomian global tidak pasti. Jika negosiasi ini gagal maka AS kembali menaikan tarif impor barang-barang Cina.

Namun ada kemungkinan AS akan setuju untuk memperpanjang gencatan senjata jika kesepakatan belum juga diraih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement