REPUBLIKA.CO.ID, Dengan seragam kaos polo berwarna hijau tosca, sejumlah ibu perwakilan dari RT masing-masing sedang melaksanakan tugas rutinannya. Satu minggu tiga kali memantau tiap pagi mulai pukul 07.30 WIB sampai selesai.
Mereka bekerja sama memantau rumah-rumah dan barang-barang bekas yang terdapat genangan air. Mengetuk pintu dari satu rumah ke rumah lainnya, dengan sopan dan tersenyum meminta izin ke pemilik rumah untuk memantau kondisi air yang ada di rumah itu.
Bermodalkan senter yang dimilikinya, mereka mengarahkan senter itu ke dalam dispenser, kulkas, bak mandi, barang bekas, bahkan sampai memeriksa wadah minum burung peliharaan warga.
Mereka adalah Juru Pemantau Jentik atau biasa dikenal masyarakat dengan sebutan Jumantik. Beranggotakan 19 orang beserta satu koordinator Jumantik RW 02, mereka menyebar dan membagi tugas agar semua rumah terjamah.
Salah satu di antara mereka ada yang sudah ikut berpartisipasi selama 21 tahun dalam Jumantik ini. Adalah Ibu Nur Djannah, Jumantik dari perwakilan RT 001 RW 02, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Nur sudah menjadi Jumantik sejak tahun 1998 hingga sekarang. "Kalau enggak salah, dari tahun 98-an. Saya ingetnya karena ada pemecahan RT di lingkungan saya," kata Nur akhir pekan lalu.
Menurut Nur, selama dirinya menjadi Jumantik tidak ada warga yang menolak untuk dipantau kondisi genangan airnya. Semua warga RW 02 Kebagusan, Pasar Minggu mendukung adanya program Jumantik.
Namun, sesekali Nur menemukan rumah yang terdapat jentik dalam genangan air. "Kita lapor ke yang punya rumah, bilang 'bu, ini tolong dibersihkan ya soalnya ada jentiknya'," kata Nur kepada Republika.
Setelah dilaporkan ke tuan rumahnya, Nur beserta rekannya biasa memantau kembali dalam dua hari kedepan untuk melihat kondisi genangan air tersebut. "Iya, dua hari setelah itu kita mantau lagi ke sini," kata Nur.
Menurut Ana, terkadang Jumantik turut membersihkan langsung genangan air yang terpantau ada jentiknya. "Kadang kita bersihin juga buat mencegah nyamuk itu bertelor lagi," kata Ana.
Atas keuletannya dalam melaksanakan tugas, Nur dan seluruh rekannya mendapatkan pujian dari Ketua RT 11/02, Samsuri. "Pada rajin-rajin ini jumantiknya, Masya Allah dah, belum ada yang kena DBD Alhamdulillah," kata Samsuri.
Walaupun honor yang didapat hanya Rp 500.000 per bulan dan dibagi dua dengan rekannya, Nur tidak mengeluh dan berkecil hati. Menurutnya, tugas mulia itu tidak dapat dinilai dengan materi.
“Apalagi, waktu awal-awal malah enggak ada honornya, ya ikhlas saja demi warga biar menjaga kebersihan,” kata Nur.
Selain itu, kata dia, dengan menjadi Jumantik membuat dirinya menjadi rutin bersilaturahim dengan warga sekitar. “Sekalian silaturahim saja saya mah, jadi bisa ketemu warga,” kata Nur.
Salah satu warga RT 001/02, Lela Muzmila, mengatakan, dengan adanya program Jumantik dapat membantu warga untuk lebih peka terhadap kebersihan air di lingkungan sekitar, terutama di rumahnya masing-masing. Ia menyebut, pernah suatu ketika Jumantik mendapati bak air di dalam kamar mandinya terdapat jentik.
Ia pun bersyukur karena telah diingatkan oleh para Jumantik yang saat itu datang memeriksa untuk segera dikuras bak air kamar mandinya itu. “Ya pernah dulu kedapetan bak kamar mandi saya yang di belakang ada jentiknya. Karena, emang kamar mandi itu jarang dipake, jadi kelupaan terus mau dibersihin,” kata Lela.
Selain itu, menurut Lela, ia jadi terbiasa membersihkan tempat pembuangan air dari kulkas ataupun bak air kamar mandi, terlebih ketika Jumantik akan datang memeriksa. “Iya, jadi sesekali suka meriksa dulu kondisi air di rumah sebelum mereka (Jumantik) datang,” kata Lela.