Senin 11 Feb 2019 20:30 WIB

Sebanyak 65 Balita Meninggal Akibat Wabah Ebola di Kongo

Pemahaman masyarakat terkait Ebola dinilai masih sangat rendah.

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
Foto yang diambil pada Ahad, 20 Mei 2018 ini menunjukkan sebuah tim dari Doctors Without Borders memakai pakaian pelindung dan peralatan untuk persiapan pengobatan pasien Ebola di rumah sakit Mbandaka, Kongo.
Foto: Louise Annaud/Medecins Sans Frontieres via AP
Foto yang diambil pada Ahad, 20 Mei 2018 ini menunjukkan sebuah tim dari Doctors Without Borders memakai pakaian pelindung dan peralatan untuk persiapan pengobatan pasien Ebola di rumah sakit Mbandaka, Kongo.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA – Lembaga Save the Children mencatat wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo meningkat sejak tahun lalu. 

Sebanyak 97 anak meninggal dunia akibat wabah Ebola yang berlangsung sejak Agustus 2018. Sebanyak 65 di antaranya merupakan anak di bawah usia lima tahun.

Secara keseluruhan Kementerian Kesehatan Kongo mencatat terdapat 806 kasus ebola sejak Agustus 2018. 

Dari jumlah tersebut 745 kasus telah dikonfirmasi, dan 61 lainnya masih dalam kemungkinan.  

"Kami berada di persimpangan jalan, apabila tidak ada langkah yang mendesak maka wabah ebola mungkin akan berlangsung selama enam bulan lagi atau bisa saja sepanjang tahun," ujar Country Director Save the Children, Heather Kerr, dilansir CNN, Senin (11/2).

Beberapa masyarakat Kongo tidak percaya bahwa kerabat meraka meninggal akibat wabah ebola. 

Kerr mengatakan, sangat penting meyakinkan masyarakat bahwa ebola merupakan wabah penyakit yang mendesak untuk ditangani. 

"Sangat penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa ebola adalah masalah yang mendesak. Para petugas kesehtan justru diancam  masyarakat, karena diyakini menyebarkan ebola," kata Kerr.

Upaya untuk mengatasi wabah ebola terkendala oleh kekerasan di wilayah timur Kongo. 

Badan Kesehatan Publik PBB memperkirakan, lebih dari satu juta pengungsi bepergian keluar-masuk melalui Provinsi North Kivu dan Ituri. Hal ini berpotensi untuk penyebaran ebola. 

Provinsi Kivu Utara meliputi Kota Beni, Kalunguta, dan Mabalako, serta Provinsit Ituri merupakan pusat penyebaran ebola. 

Kedua provinsi tersebut memiliki penduduk paling padat, termasuk di daerah perbatasan Uganda, Rwanda, dan Sudan Selatan.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement