REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA – Lembaga Save the Children mencatat wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo meningkat sejak tahun lalu.
Sebanyak 97 anak meninggal dunia akibat wabah Ebola yang berlangsung sejak Agustus 2018. Sebanyak 65 di antaranya merupakan anak di bawah usia lima tahun.
Secara keseluruhan Kementerian Kesehatan Kongo mencatat terdapat 806 kasus ebola sejak Agustus 2018.
Dari jumlah tersebut 745 kasus telah dikonfirmasi, dan 61 lainnya masih dalam kemungkinan.
"Kami berada di persimpangan jalan, apabila tidak ada langkah yang mendesak maka wabah ebola mungkin akan berlangsung selama enam bulan lagi atau bisa saja sepanjang tahun," ujar Country Director Save the Children, Heather Kerr, dilansir CNN, Senin (11/2).
Beberapa masyarakat Kongo tidak percaya bahwa kerabat meraka meninggal akibat wabah ebola.
Kerr mengatakan, sangat penting meyakinkan masyarakat bahwa ebola merupakan wabah penyakit yang mendesak untuk ditangani.
"Sangat penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa ebola adalah masalah yang mendesak. Para petugas kesehtan justru diancam masyarakat, karena diyakini menyebarkan ebola," kata Kerr.
Upaya untuk mengatasi wabah ebola terkendala oleh kekerasan di wilayah timur Kongo.
Badan Kesehatan Publik PBB memperkirakan, lebih dari satu juta pengungsi bepergian keluar-masuk melalui Provinsi North Kivu dan Ituri. Hal ini berpotensi untuk penyebaran ebola.
Provinsi Kivu Utara meliputi Kota Beni, Kalunguta, dan Mabalako, serta Provinsit Ituri merupakan pusat penyebaran ebola.
Kedua provinsi tersebut memiliki penduduk paling padat, termasuk di daerah perbatasan Uganda, Rwanda, dan Sudan Selatan.