Senin 11 Feb 2019 21:48 WIB

Ternyata Ulama Besar Juga Pernah Berguru ke Ilmuwan Wanita

Kegemilangan peradaban Islam juga ditopang oleh intelektualitas kaum Hawa.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
 Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia adalah fakta yang tak terbantahkan.
Foto: theellisschool.org
Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia adalah fakta yang tak terbantahkan.

REPUBLIKA.CO.ID, Sumbangsih perempuan Muslim tidak banyak ditemukan dalam buku-buku sejarah klasik. Namun, selama beberapa tahun ini, seorang peneliti, Mohammed Akram Nadwi telah melakukan proyek jangka panjang untuk menggali biografi ribuan perempuan yang berpartisipasi dalam tradisi hadis sepanjang sejarah Islam.

Nadwi pun menulis buku yang berjudul al-Muhaddithat : Cendekiawan Wanita dalam Islam. Buku biografi itu terdiri atas 40 jilid dari para perempuan Muslim yang mempelajari dan mengajarkan hadis. 

Bahkan dalam bukunya ini, ia menunjukkan peran sentral yang dimiliki perempuan dalam melestarikan ajaran Nabi, yang tetap menjadi panduan utama untuk memahami Alquran sebagai aturan dan norma untuk kehidupan.

Berbagai informasi yang diulas dalam buku Al-Muhaddithat sangat penting untuk memahami peran perempuan di kalangan umat Islam. Informasi dalam buju biografi Nadwi akan sangat memudahkan studi lebih lanjut, kontekstualisasi dan analisis.

Aisha Abdurrahman Bewley juga menerbitkan buku yang berjudul //Muslim Women: A Biographical Dictionary. 

Buku ini merupakan kelanjutan dari karyanya sebelumnya, Islam: The Empowering of Women. Buku biografi tersebut merupakan sumber referensi yang komprehensif tentang perempuan Muslim sepanjang sejarah Islam dari abad pertama hingga sekitar pertengahan abad ke-13.

"Ketika saya membaca referensi biografi saya, saya terkejut dengan jumlah referensi wanita, dan banyaknya wanita yang diwakili di semua bidang kehidupan, dari para sarjana hingga penguasa,” kata Aisha dikutip dalam artikel yang ditulis Salim Al-Hassani dalam situs muslimheritage.com. 

Menurut dia, peran perempuan Muslim tidak berarti hanya terbatas pekerjaan rumah saja, tapi mereka juga banyak yang aktif di berbagai bidang. Muslimah yang berbisnis masih bisa menjadi seorang ibu dan seorang sarjana masih bisa menjadi seorang istri.

Beberapa cendikiawan Muslim mengungkapkan bahwa di antara sekian banyak gurunya di antaranya adalah juga seorang perempuan. 

Seperti halnya Ibnu Hajar yang belajar dengan 53 perempuan, as-Sakhawi yang pernah belajar kepada 68 perempuan, dan as-Suyuti belajar dengan 33 perempuan, seperempat dari jumlah gurunya.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement