Senin 11 Feb 2019 22:34 WIB

NTB Kembali Helat Festival Bau Nyale Berburu Cacing Warna

Panitia menargetkan tiga ribu wisatawan hadir dalam Festival Pesona Bau Nyale.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nashih Nashrullah
Foto udara gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh ITDC di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (10/11/2018).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Foto udara gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh ITDC di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Sabtu (10/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas Pariwisata (Dispar) NTB mematangkan persiapan even Festival Pesona Bau Nyale 2019. 

Selain puncak acara yang berlangsung pada 24 Februari 2019, Dispar NTB juga menyiapkan rangkaian acara menarik seperti surfing contest di Pantai Gerupuk pada 17 Februari, foto contest pada 17-23 Februari, pengelolaan desa wisata Mandalika pada 18 Februari, seni peresean di Pantai Kuta Mandalika lada 19-23 Februari, dialog ekonomi kreatif pada 21 Februari, dan Mandalika berzikir di Masjid Nurul Bilad Mandalika pada 22 Februari. 

Kepala Dispar NTB, Lalu Muhammad Faozal, mengatakan 80 persen kegiatan Festival Pesona Bau Nyale diselenggarakan di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. 

Faozal berharap Festival Pesona Bau Nyale menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Lombok. Ajang ini juga menjadi upaya Pemprov NTB dalam menggairahkan kembali sektor pariwisata Lombok menghadapi persoalan harga tiket pesawat dan bagasi berbayar. 

Faozal menargetkan tiga ribu wisatawan hadir dalam Festival Pesona Bau Nyale.

"Target tiga ribu wisatawan) saya kira realistis," ujar Faozal saat jumpa pers persiapan Festival Pesona Bau Nyale di Kantor Dispar NTB, Senin (11/2). 

Faozal mengatakan, Kementerian Pariwisata mendukung penuh pagelaran Festival Pesona Bau Nyale karena sudah masuk dalam kalender even pariwisata nasional. 

Oleh karenanya, kata Faozal, panita mendatangkan desainer ternama, Samuel Wattimena femi menghasilkan peragaan busana dan juga koreografer Denny Malik untuk mengemas acara malam puncak Pesona Bau Nyale lebih maksimal. 

Kepiawaian Denny saat menjadi penata tari untuk pembukaan Asian Games 2018 dinilai mampu memberikan sentuhan berbeda dalam pagelaran Festival Pesona Bau Nyale. 

"Untuk Mandalika berzikir di pelataran Masjid Nurul Bilad akan menghadirkan Ustaz Yusuf Mansur, jadi selain even pariwisata tetap ada kegiatan kerohanian," kata Faozal. 

Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB Andi mengatakan BPPD NTB siap mempromosikan pagelaran Pesona Bau Nyale. Andi menilai ajang ini berpotensi kembali menggairahkan sektor pariwisata Lombok. 

"Even ini jadi suatu yang bisa kita jual untuk membangkitkan pariwisata di NTB, kita harus bersinergi, kalau even ini sukses, semoga bisa tergerak ke even yang lain," ucap Andi. 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB), Dewantoro Umbu Joka,  mengatakan even ini bisa menjadi angin segar bagi pelaku industri wisata yang terdampak akibat kenaikan harga tiket pesawat dan bagasi berbayar. 

"Even-even seperti sangat bagus, meskipun harga tiket sedang mahal, tapi intinya pemerintah daerah tidak tinggal diam dengan tetap menggelar even," kata Umbu. 

Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Lombok sejak turun temurun, terutama yang berada di bagian selatan untuk berburu cacing laut jenis Wawo atau Nyale dalam bahasa Sasak yang muncul setahun sekali

Bau Nyale atau menangkap cacing laut merupakan sebuah tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi penduduk asli Pulau Lombok yakni suku Sasak. 

Pesta Bau Nyale ini erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang tentang hikayat seorang putri cantik bernama Mandalika.

Putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan memesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga Pangeran-Pangeran dari berbagai Kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan Kerajaan Beru berniat mempersuntingnya. 

Sang Putri menjadi gusar. Pasalnya, jika memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak, nama lain Pulau Lombok. 

Sang Putri akhirnya mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk bertemu di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan ke-10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Shubuh.

Di hadapan para pangeran dan rakyatnya, Sang Putri meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya tidak menemukan jasadnya. 

Setelah beberapa saat, datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Munculnya cacing berwarna-warni ini menjadi salah satu agenda yang paling ditunggu-tunggu bagi masyarakat Lombok maupun para wisatawan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement