Selasa 12 Feb 2019 09:18 WIB

Tanwir Muhammadiyah dan Beragama yang Mencerahkan

Tanwir Muhammadiyah mengundang Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Elba Damhuri
Sekertaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti (tengah) bersama Ketua PP Muhammadiyah Bahtiar Effendy (kanan) dan Hajriyanto Y Thohari (kiri) memberikan keterangan terkait pelaksanaan Tanwir Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (11/2).
Foto: Republika/Prayogi
Sekertaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti (tengah) bersama Ketua PP Muhammadiyah Bahtiar Effendy (kanan) dan Hajriyanto Y Thohari (kiri) memberikan keterangan terkait pelaksanaan Tanwir Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menggelar sidang tanwir di Bengkulu pada 15-17 Februari 2019. PP Muhammadiyah mengundang Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadiri sidang tanwir sebagai tokoh nasional.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan, keduanya diundang dalam kapasitas mereka sebagai tokoh nasional, bukan sebagai calon presiden. "Beliau berdua kita undang bukan sebagai calon presiden. Kalau sebagai calon presiden kita undang (ke tanwir yang) kemudian diselenggarakan di kampus, itu tidak sesuai dengan aturan," kata Mu'ti kepada Republika di sela-sela konferensi pers Tanwir Muhammadiyah di gedung PP Muhammadiyah, Senin (11/2).

Baca Juga

Ia menjelaskan, mereka berdua akan menyampaikan tema yang sama dalam tanwir, yaitu beragama yang mencerahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Muhammadiyah berharap mereka berdua dapat menyampaikan pokok-pokok pikirannya tentang bagaimana agama lebih hadir dan bermakna dalam praktik penyelenggaraan negara walau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kami memang sampai sekarang belum mendapatkan konfirmasi dari beliau berdua (mengenai kehadiran mereka). Insya Allah, Pak Prabowo kita jadwalkan Jumat (15/2) dan Pak Jokowi Sabtu (16/2)," ujarnya.

Namun, Mu'ti menyampaikan, penyelenggara tanwir akan lebih fleksibel terhadap waktu untuk menyesuaikan jadwal kehadiran Prabowo dan Jokowi. Sementara itu, tanwir akan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dihadiri 500 peserta serta tamu undangan.

Tanwir Muhammadiyah tersebut akan mengusung tema "Beragama yang Mencerahkan". Pada tanwir itu, Muhammadiyah akan menyampaikan pemikiran dan gagasan tentang bagaimana mengangkat serta menempatkan agama sesuai dengan manhaj Muhammadiyah.

Abdul Mu'ti menambahkan, ada gejala dalam realitas sosial masyarakat Indonesia, terutama menjelang perhelatan politik pada April 2019. Gejala tersebut diduga berkaitan dengan spiritualisasi agama, komodifikasi agama, dan politisasi agama. "Karena itu, Muhammadiyah dalam sidang (tanwir) ini akan menyampaikan dan mengafirmasi manhaj Muhammadiyah tentang makna, kedudukan, dan fungsi agama," kata Abdul Mu'ti.

Ia menjelaskan, ada beberapa pokok pikiran yang pernah disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir kepada Joko Widodo dan Prabowo Subianto kala masing-masing bersilaturahim ke PP Muhammadiyah, yakni garis besar pemikiran Muhammadiyah untuk Indonesia masa depan.

Di dalam tanwir, pokok pikiran tersebut akan dielaborasi lebih luas lagi. Tentu, dengan lebih substansif sesuai dengan masukan-masukan peserta tanwir. Pokok pikiran tersebut ada yang berkaitan dengan pengukuhan dan penguatan Pancasila sebagai dasar negara.

"Kemudian, berkaitan dengan pentingnya menegakkan kedaulatan negara dan menyelesaikan permasalahan ekonomi, terutama adalah kesenjangan ekonomi," ujarnya.

Mu'ti menyampaikan, pokok pikiran tersebut juga berkaitan dengan peran Indonesia yang lebih penting dalam politik global, terutama berkaitan dengan peran agama dalam diplomasi Indonesia. Selain itu, ada beberapa pokok pikiran yang berkaitan dengan penguatan kebangsaan.

Abdul Mu'ti mengatakan, dalam sidang tanwir nanti akan dibahas empat agenda besar yang berkaitan dengan persoalan organisasi, keumatan, dan kebangsaan. Salah satunya, tanwir akan membahas perubahan anggaran rumah tangga Muhammadiyah.

"Kedua, akan disampaikan pokok-pokok pikiran Muhammadiyah mengenai kehidupan keumatan dan kebangsaan. Ketiga, ceramah dari para tokoh nasional," kata dia.

Ia melanjutkan, sidang tanwir akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan progres atau dinamika perserikatan Muhammadiyah di tingkat nasional dan pimpinan wilayah Muhammadiyah (PWM). "Sidang tanwir merupakan permusyawaratan tertinggi di bawah Muktamar," ujarnya.

Sesuai AD/ART, sidang tanwir sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu periode kepengurusan. Dalam periode kepemimpinan PP Muhammadiyah hasil muktamar ke-47, sidang tanwir di Bengkulu merupakan tanwir kedua. Sebelumnya, tanwir pertama dilaksanakan di Ambon pada 2017.

Tanwir akan dihadiri sekitar 500 peserta terdiri atas anggota PP Muhammadiyah, ketua dan sekretaris majelis, serta lembaga dan biro tingkat pusat. Unsur peserta tanwir lainnya adalah ketua dan sekretaris organisasi otonom tingkat pusat dan PWM se-Indonesia. Sebagai peninjau hadir pimpinan perguruan tinggi, rumah sakit, dan amal usaha Muhammadiyah serta pimpinan daerah Muhammadiyah di lingkungan PWM Bengkulu, Muhammadiyah ASEAN, dan undangan khusus lainnya.

Ketua PP Muhammadiyah, Prof Bahtiar Effendy, mengatakan, Muhammadiyah ingin mendengarkan secara lebih utuh mengenai pikiran-pikiran Prabowo dan Jokowi tentang hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan dan kebangsaan. Sebab, dalam beberapa waktu terakhir ini seakan-akan atau dirasakan terjadi pembelahan sosial yang kurang sehat.

"Mudah mudahan beliau berdua mampu memberikan suatu perspektif yang menjadikan kita semuanya sebagai warga negara yang nyaman, senang, warga negara yang tidak hanya mempunyai komitmen untuk mempertahankan NKRI, tetapi juga warga negara yang dilindungi oleh NKRI," ujarnya.

Ia menegaskan, salah satu dari mereka akan menjadi pemimpin bangsa. Sebab itu, Muhammadiyah ingin melihat apakah mereka berdua mempunyai solusi terhadap persoalan yang dirasakan sekarang. Menurut dia, ada persoalan kesenjangan ekonomi yang dari dulu sampai sekarang belum terselesaikan.

"(Apakah Prabowo dan Jokowi) bisa memberikan jalan keluar yang realistis, tidak mudah, tidak cepat, tapi kita ingin lihat apakah komitmen itu ada (pada mereka), apakah politik itu ada, apakah komitmen itu diterjemahkan dalam kebijakan atau sekadar visi saja, tapi tak terjemahkan dalam kebijakan sehari-sehari," kata dia.

(ed: fitriyan)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement