REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT) Jakarta fase 1 akan membantu mengurangi emisi karbon. Diperkirakan, MRT yang melintasi Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia diperkirakan akan mengurangi emisi hingga 85.680 ton karbondioksida (CO2) per tahun.
Ahmad mengatakan angka tersebut didapat dengan memperhitungkan sumbangan emisi CO2 dari orang dan kendaraan yang melintasi jalur MRT fasse I tersebut. Rinciannya, 175 ribu orang yang melintasi jalur MRT setara 64.260 ton per tahun dari sepeda motor dan 107.100 ton per tahun dari mobil (total 171.360 ton CO2).
Pengoperasian MRT Jakarta fase 1 sepanjang 16 kilometer (km) diperkirakan akan menghasilkan emisi sebesar 85.680 ton CO2 per tahun. Dengan angka tersebut, menurut Ahmad, masih kecil menyumbang pengurangan emisi CO2 di Jakarta. Apalagi ditambah budaya bertransportasi publik massal belum terbentuk di masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
"Ini (merubah budaya) jadi tantangan, termasuk memaksa Pemerintah untuk menambah kuantitas dan meningkatkan kualitas angkutan umum massalnya agar nyaman aman dan terjadwal baik," lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan kapasitas maksimal MRT Jakarta fase 1 mencapai 175.000 penumpang per hari. Namun untuk awal operasional, pihaknya menargetkan mampu memobilisasi 60 ribu penumpang per hari.
"Kemudian saya targetkan akhir tahun ini (2019) bisa dapat 130 ribu penumpang per hari. Dari situ, kita akan coba tingkatkan terus," lanjutnya.
Alasan pihaknya hanya menargetkan sekitar 60 ribu penumpang di awal operasional karena MRT Jakarta baru belajar berintegrasi dengan moda transportasi publik lainnya, sehingga belum terlalu berambisi menetapkan target tinggi. "Tapi kalau kita bisa capai (60 ribu penumpang) itu, pelan-pelan bisa kita tingkatkan," lanjutnya.