Selasa 12 Feb 2019 12:39 WIB

Jangan Menyimpang dari Syariat Islam Saat Valentine Day

MUI Jabar tak melarang tapi mengimbau agar tidak berlebihan merayakan Valentine Day.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Valentine (ilustrasi)
Foto: Foto : Mardiah
Valentine (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat (Jabar) berpesan kepada masyarakat Muslim khususnya kaum muda agar tidak menyimpang dari syariat Islam saat hari Valentine (Valentine day). MUI Jawa Barat tidak melarang tapi mengimbau agar tidak berlebihan dalam merayakan hari Valentine.

"(MUI Jawa Barat) bukan melarangnya, tapi jangan berlebihan (merayakannya), apalagi menyimpang dari syariat (Islam)," kata Ketua MUI Jawa Barat, Prof KH Rachmat Syafe'i kepada Republika.co.id, Selasa (12/2).

KH Rachmat menerangkan, setiap bangsa mempunyai kebudayaan yang beragam. Kebudayaan Bangsa Indonesia sebaiknya dipelihara dengan baik. Sebab berbudaya dan bermasyarakat adalah tabiat manusia.

Namun untuk menghadapi sejumlah budaya, prinsip dan syariat Islam tidak boleh dilanggar. Dia menyaranka, kembangkan budaya yang baik dan sesuai dengan lingkungan bangsa sendiri saja. Tentu dengan cara tidak berlebihan, ramah dan santun.

Ketua Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI Jawa Barat, Ustaz Irfan Safrudin menambahkan, kegiatan Valentine mengungkapkan rasa kasih sayang dengan menunjukan semangat liberalisme dan hedonisme. Serta menunjukan prinsip manusia adalah segala-galanya yang tidak memiliki batasan.

Bahkan menganggap tidak ada Tuhan, agama dan budaya saat mengekspresikan kasih sayang. Valentine digerakkan oleh kelompok yang ingin kebebasan dan ingin memutuskan norma agama, budaya dan sosial. "Kalau ini terus (jadi budaya) generasi muda, nanti mereka tidak peduli lagi dengan agama dan budaya, targetnya generasi (muda dibuat) melonggarkan nilai agama dan budaya," ujarnya.

Ustaz Irfan mengimbau generasi muda agar tidak merayakan Valentine. Sebab kalau dilihat dari sejarah dan filosofinya, Valentine menginginkan ada kebebasan dalam menyatakan kecintaannya tanpa sekat-sekat agama dan budaya. Jadi untuk apa generasi muda merayakan Valentine jika sekedar hura-hura, mengikuti yang lain dan pemborosan.

Ia menegaskan, ada hal yang lebih penting untuk diperhatikan generasi muda, yakni masalah-masalah yang sedang dihadapi generasi muda bangsa ini. Termasuk persoalan pendidikan dan ekonomi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement