REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadis, Rasulullah menceritakan, ada semut yang menggigit seorang nabi pada zaman dulu. Lalu nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: Hanya karena gigitan seekor semut maka kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih (HR Bukhari).
Kisah ini dialami Nabi Musa. Peristiwa itu terjadi saat dirinya berteduh dekat dengan desa semut (qaryah an-naml). Nabi itu di gigit oleh seekor semut. Kemudian dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon.
Mungkin, kedatangan sang nabi dengan temannya mengganggu para semut. Biasanya, semut melawan orang yang mengganggu dan merusak ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.
Meski mendapatkan kekhasan dari Allah, nabi tetaplah manusia. Dia tak lepas dari kekhilafan. Nabi tersebut emosi. Dia melakukan tindakan spontan yang membuatnya menyesal. Sang nabi marah kepada semut beserta teman- temannya.
Muncullah keinginan untuk menghukum seluruh semut. Dia memerintahkan para pengikutnya agar menjauhkan barang dari bawah pohon itu. Kemudian, dia menyulut api untuk membakar sarang semut.
Maka, semut yang sedang berjalan terbakar dan panas api itu sampai kepada semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah. Seharusnya, yang dihukum hanyalah semut yang menggigit rombongan tadi.