Selasa 12 Feb 2019 19:09 WIB

Generasi Muda Diimbau Jaga Akidah Saat Hari 'Valentine'

Anak muda Muslim sudah sepatutnya mencontoh Rasulullah SAW.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Peserta aksi damai menolak peringatan hari valentine saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/2).  (Republika/Wihdan)
Peserta aksi damai menolak peringatan hari valentine saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (14/2). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pertengahan bulan Februari, mulai marak kebiasaan merayakan Hari Valentine. Perayaan dari budaya luar itu tidak jarang diklaim sebagai "Hari Kasih Sayang."

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan imbauan terkait Hari Valentine. Menurut wakil ketua komisi tersebut, KH Agus Abdul Ghofur, generasi muda Muslim sebaiknya tidak ikut-ikutan budaya asing.

Lebih lanjut, dia berharap kaum Muslimin, utamanya dari generasi muda, untuk menjaga akidah. Mereka dinilainya harus kembali kepada tuntunan ajaran agama Islam serta mencontoh teladan Rasulullah SAW.

"Generasi muda Muslim dalam rangka menghadapi bentuk kebudayaan sosial di masyarakat, wajib menjaga akidah kita," kata KH Agus Abdul Ghofur kepada Republika.co.id, Selasa (12/2).

Baca juga: MUI: Umat Islam Jangan Ikuti Perayaan 'Valentine'

Kiai Agus juga mengingatkan generasi muda Muslim untuk memahami prinsip kasih sayang menurut ajaran Islam. Caranya dengan menyimak kembali sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW (sirah Nabawiyah).

Dia menjelaskan, Islam merupakan agama yang menyebarkan kasih sayang kepada seluruh alam (rahmatan lil 'alamin). Dalam diri Rasulullah SAW juga terdapat sifat pengasih dan penyayang. Oleh karena itu, Kiai Agus menegaskan, sudah sepatutnya umat Islam mengikuti tuntunan beliau SAW. 

"Kasih sayang itu tentu sudah menjadi bagian dari sikap seorang Muslim tanpa harus diistimewakan di hari-hari tertentu. Kita setiap hari harus berkasih sayang (kepada sesama manusia)," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement