Rabu 13 Feb 2019 04:00 WIB

Sebagian Petani Sukabumi akan Beralih Tanam Palawija

Jenis tanaman yang ditanam seperti buah semangka dan kedelai serta kacang tanah.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani merawat tanaman palawija jenis Oyong dan Timun di Desa Laladon, Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/7).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petani merawat tanaman palawija jenis Oyong dan Timun di Desa Laladon, Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Mendekati musim panen raya padi, sebagian petani di selatan Kabupaten Sukabumi bersiap untuk menanam palawija. Sebabnya petani khawatir bila menanam padi akan kesulitan mendapatkan sarana pengairan yang memadai.

"Selepas panen nanti, sekitar 50 persen petani diperkirakan akan beralih ke palawija,’’ ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi H Sahlan kepada Republika.co.id, Selasa (12/2).

Jenis tanaman yang ditanam seperti buah semangka dan kedelai serta kacang tanah. Menurut Sahlan, peralihan jenis tanaman ini dipengaruhi oleh faktor cuaca. Di mana meskipun diperkirakan masih hujan hingga Mei mendatang namun guyuran hujan tidak merata.

Hal ini ungkap Sahlan terjadi pada musim tanam sebelumnya. Sehingga hasil panen yang diperoleh petani tidak maksimal.

Sahlan menerangkan, peralihan ini juga dipengaruhi dengan akan masuknya bulan puasa dalam beberapa bulan ke depan. Biasanya jenis tanaman buah-buahan seperti semangka akan meningkat kebutuhannya.

Sahlan menuturkan, panen padi akan dimulai pada minggu depan dan puncaknya akhir Februari sampai Maret 2019. Hasil panen kali ini tidak bisa maksimal dibandingkan biasanya. Sebabnya guyuran hujan di selatan Sukabumi tidak merata.

Dalam artian ada wilayah yang terkena hujan dan sebagian lainnya tidak. Sehingga lahan pertanian yang sudah ditanami padi tidak bisa tumbuh secara maksimal karena ketiadaan sarana pengairan.

Hal ini dikarenakan sebagian besar lahan pertanian di selatan Sukabumi adalah sawah tadah hujan. "Diperkirakan ada 5-10 persen lahan pertanian yang tidak bisa maksimal penggarapannya,’’ kata Sahlan.

Di sisi lain ungkap Sahlan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) di selatan Sukabumi tidak terlalu berpengaruh pada hasil panen. Meskipun ada sebagian kecil yang sempat terancam serangan hama wereng.

Hama tersebut ujar Sahlan sebagian besar dapat diatasi petani dengan jurus masing-masing. Selain itu ada lahan yang terselamatkan karena bertepatan dengan waktu panen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement