Rabu 13 Feb 2019 13:30 WIB

Tiket Mahal, Kerugian Hotel dan Restoran Capai 40 Persen

Angka penurunan 40 persen tersebut berada di wilayah Indonesia timur.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Muhammad Hafil
Pariwisata Indonesia (ilustrasi)
Foto: Antara/Jojon
Pariwisata Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kenaikan harga tiket pesawat yang dilakukan maskapai memberi dampak panjang. Selain terjadinya penurunan jumlah penumpang, juga berdampak pada berkurangnya omzet hotel dan restoran.

"Ada pengurangan antara 20 sampai 40 persen turunnya potensi. Itu sudah pengaruh," ujar Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani kepada Republika.co.id, Rabu (13/2).

Angka penurunan 40 persen tersebut berada di wilayah Indonesia timur. Secara kebetulan, tiket menuju kawasan tersebut cukup mahal sehingga memberi dampak signifikan.

Harga tiket ini membuat banyak jadwal pertemuan nasional yang tadinya diselenggarakan di wilayah Indonesia timur terpaksa ditunda atau dipindahkan ke Pulau Jawa atau Indonesia bagian barat. Sementara untuk jadwal pertemuan daerah, turut melakukan penundaan atau pembatalan.

"Jadi mereka (hotel restoran) dirugikan," kata dia.

Kendati dilakukan pemindahan acara ke Pulau Jawa, ia melanjutkan, nyatanya| tetap memberatkan mereka yang berasal dari daerah untuk terbang menuju Jakarta.

Menyadari besarnya efek domino yang dihasilkan, Pertamina dan berbagai pihak terkait akan melakukan pembahasan dengan Presiden. Pihaknya pun hanya bisa menunggu bagaimana hasil dari pertemuan tersebut dan berharap penyelesaian terbaik.

Menurutnya, alternatif yang bisa dilakukan untuk jangka panjang adalah  membuka monopoli Pertamina terkait avtur. Seperti yang terjadi pada penjualan Pertamax yang dibuka juga untuk asing seperti Total, Shell dan lainnya. Cara tersebut seharusnya diterapkan pula pada penyediaan avtur.

"Kalau serius, buka! Buka yang benar untuk penyediaan avtur," tegasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement